TIMIKA, KOMPAS.com — Menteri Kesehatan Nila F Moeloek menilai, tak masuk akal angka 10.000-15.000 warga di Kabupaten Asmat, Papua, terkena gizi buruk sebagaimana disampaikan Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Amar belum lama ini kepada awak media.
Nila menilai, angka yang disampaikan Kapolda Papua salah. Dari laporan dan pantauannya langsung di Asmat, hanya ada 600-an anak dirawat terkait kejadian luar biasa (KLB) gizi buruk dan campak di daerah itu.
"Kalau ada 15.000 orang, saya rasa ada yang salah. Kalau sebanyak itu yang sakit, jumlah penduduknya berapa. Jadi, tak masuk akal," katanya ketika ditemui Kompas.com di salah satu hotel di Timika, Jumat (28/1/2018).
Nila menganggap, kemungkinan angka itu termasuk anak-anak yang diberikan perhatian medis, termasuk imunisasi. "Tetapi, imunisasi saja 7.000-an anak," katanya.
Komandan Satgas Kesehatan TNI KLB Asmat Brigjen TNI Asep Setia Gunawan mengatakan, tim kesehatan terpadu sudah memeriksa 12.398 anak.
“Dari 12.398 anak yang mendapat pelayanan kesehatan, ditemukan 646 anak terkena wabah campak dan 144 anak menderita gizi buruk. Selain itu, ditemukan pula 25 anak suspek campak serta 4 anak yang terkena campak dan gizi buruk,” kata Asep dalam keterangan tertulis, Kamis (25/1/2018) malam.
Baca juga: Ini Strategi Menkes Atasi KLB Gizi Buruk dan Campak di Asmat
Menurut Komandan Korem 174/ATW Merauke ini, jumlah anak yang meninggal akibat wabah campak dan gizi buruk dari September 2017 hingga 24 Januari 2018 tercatat 70 orang. Dari 70 korban meninggal itu, 65 korban meninggal akibat gizi buruk, 4 anak lainnya karena campak, dan 1 orang karena tetanus.
“Data di Posko Induk Penanggulangan KLB Asmat di Agats disebutkan 37 anak meninggal di Distrik Pulau Tiga, 15 anak di Distrik Fayit, 8 anak di Distrik Aswi, 4 anak di Distrik Akat, dan 6 lainnya meninggal di RSUD Agats,” kata Asep.
Sebelumnya, Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Amar memperkirakan jumlah warga di Kabupaten Asmat, Papua, yang menderita gizi buruk mencapai 15.000 orang. Kapolda telah meminta Pusdokkes Mabes Polri mengirimkan dokter-dokternya ke wilayah Asmat.
"Yang mengalami gizi buruk lebih kurang 10.000 orang hingga 15.000 orang," kata Boy Rafli kepada awak media di Jakarta, Rabu (24/1/2018).
Menurut dia, gizi buruk yang dialami masyarakat di Asmat disebabkan beberapa faktor, di antaranya lokasi yang jauh dan sulit dijangkau, minimnya sarana kesehatan seperti puskesmas, taraf perekonomian masyarakatnya rendah, keterbatasan sarana transportasi dan keterbatasan akses distribusi makanan bergizi.
"Beberapa aliran sungai pasang surut jadi tidak selalu dapat dilewati kapal untuk mendistribusikan bahan makanan," ujarnya.
Baca juga: Satgas Terpadu KLB Asmat Temukan 646 Kasus Campak dan 144 Gizi Buruk
Boy pun menggambarkan minimnya tenaga medis dan fasilitas puskesmas yang ada di Asmat.
"Tenaga medis kurang, kepala puskesmasnya bukan dokter," ucapnya.
Untuk itu, pihaknya meminta Pusdokkes Mabes Polri mengirimkan sejumlah dokter untuk ditempatkan di puskesmas-puskesmas di Asmat.
"Program dokter muda, dokter magang, diharapkan bisa hadir di Papua sehingga bisa mengisi pos yang kosong, terutama kepala puskesmas," katanya.
Boy Rafli mengatakan, warga Asmat saat ini masih membutuhkan 2.000 hingga 3.000 vial vaksin campak.
"Untuk cadangan, diperkirakan masih butuh 2.000 sampai 3.000 vial vaksin untuk stok sehingga ke depan kami tetap bisa memvaksin anak-anak," katanya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.