Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badai Cempaka Rusak Jembatan, Warga Bantul Terpaksa Gunakan Gethek

Kompas.com - 13/12/2017, 14:04 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Badai Cempaka yang terjadi akhir November lalu di Yogyakarta menyebabkan puluhan jembatan rusak. Salah satunya, jembatan gantung Ngrombo dan Karanggayam yang menghubungkan beberapa desa di Kecamatan Jetis dan Pleret, Bantul.

Jembatan yang digunakan untuk memotong jalur agar lebih pendek tersebut hingga kini belum diperbaiki. Akibatnya, warga harus memutar melalui Segoroyoso sejauh 3 kilometer. 

Warga akhirnya berinisiatif membuat rakit atau masyarakat setempat menyebutnya gethek. Gethek yang terbuat dari drum dan kayu itu digunakan untuk menyeberang melintasi Sungai Opak.

Gethek ini berada di antara Karangwuni Dusun Blawong 1, Trimulyo, Jetis dan Dusun Wonokromo, Pleret. 

(Baca juga : Sebagian Pengungsi Banjir di Bantul Kembali ke Rumah)

Salah satu pengemudi gethek, Arif Rahman mengatakan, gethek menjadi akses terdekat menuju ke daerah sisi timur atau sisi barat sungai. Gethek ini dioperasikan hingga malam hari dan dikemudikan setidaknya oleh dua orang.

"Kalau malam saya tunggu sambil mancing, jam 10 malam masih ramai yang nyebrang," ujarnya di sela melayani masyarakat, Selasa (13/12/2017).

Gethek ini sebenarnya milik seorang warga Wonokromo untuk wahana bermain anak. Namun akhirnya digunakan untuk keperluan masyarakat.

Untuk memudahkan penyebrangan dibuat dermaga sederhana dari bambu. Gethek berkapasitas 10 orang dan tiga motor ini dikemudikan dengan seutas tali dan tongkat panjang.

"Papan kapal yang tadinya ban mobil kita ganti bambu biar motor bisa naik," imbuhnya. 

Arif mengatakan tak ada tarif resmi untuk menyeberang dengan gethek. Warha tinggal menyumbang seikhlasnya ke kotak yang sudah disediakan. Dana dari kotak tersebut digunakan untuk biaya operasional kapal dan perawatan.

"Tarifnya seiklasnya saja, karena ini digunakan warga," kata seorang warga Karangwuni, Suroto.

(Baca juga : Imbas Badai Cempaka, Magelang Dilanda Angin Kencang dan Tanah Longsor)

Suroto mengatakan, warga sepakat membuat gethek baru. Sebab, sebagian besar aktivitas 133 kepala keluarga di Karangwuni baik itu sekolah maupun bekerja berada disebrang sungai.

"Nanti kemungkinan Januari 2018 akan dibuat satu lagi kapal sambil menunggu jembatan diperbaiki," ucapnya. 

Warga lainnya, Wartini mengaku setiap hari harus membawa dagangan menuju Pasar Jejeran. Jika harus memutar cukup berat dan menghabiskan waktu.

Dia berharap pemerintah segera membangun dua jembatan yang selama ini menjadi akses utama warga setempat. "Mending naik kapal dibanding memutar jauh," pungkasnya. 

Kompas TV Harga ikan di pasar tradisional pun mengalami kenaikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com