Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dubes Inggris: Banyak Pejabat dan Politisi Indonesia Tak Tertarik Bahas Papua

Kompas.com - 20/11/2017, 21:36 WIB
Kontributor Wamena, John Roy Purba

Penulis

JAYAPURA, KOMPAS.com - Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik, mengungkapkan, banyak pejabat tinggi dan politisi di Indonesia yang tak tertarik ketika diminta membahas tentang Papua.

“Saya sangat tertarik ingin mengetahui tentang Papua. Selama ini informasi saya dapat di media tentang Papua sehingga kurang jelas kebenarannya. Kalau saya ajak bicara dengan para pejabat tinggi dan politisi di pusat, mereka tak banyak yang tertarik membahas tentang Papua,” ujar Malik ketika menggelar dialog coffee morning dengan beberapa awak media di Kota Jayapura belum lama ini.

Malik mengatakan, pada massa kepemimpinan Joko Widodo, tampak ada beberapa kemajuan di Papua, apalagi sebagai pemimpin beliau lebih sering ke Papua dibanding pemimpin Indonesia sebelumnya. Namun, itu hanya sebatas jalan, gedung-gedung megah, dan perkantoran yang tanpak maju.

“Kalau dilihat dari indikator sosial, orang asli Papua masih sangat miskin. Apalagi mengenai kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang mereka peroleh masih sangat sulit dibanding suku lain,” kata dia.

Malik menambahkan, kehadiran dana otonomi khusus di Papua yang mencapai Rp 40 triliun per tahun sangat bermanfaat untuk pembangunan di sana. Akan tetapi, dana itu belum terlihat maksimal digunakan, khususnya untuk memberdayakan masyarakat asli Papua itu sendiri.

“Saya kira selama ini dana otsus banyak digunakan untuk kebutuhan pemerintah. Namun, pada akhirnya untuk memajukan masyarakat perlu pelayanan kesehatan, pendidikan, menciptakan peluang eknomi bagi masyarakat lokal dan SDM-nya,” papar dia.

Malik tak menepis bahwa di Papua saat ini sudah ada puskesmas, rumah sakit, sekolah, dan fasilitas publik lainnya. Namun, perhatian pemerintah pusat dan pemerintah daerah di semua kabupaten dan kota di Papua belum kelihatan mempermudah masyarakat asli untuk mengakses fasilitas yang disiapkan.

“Saya pikir perlu ada pemeriksaan dan audit semua dana yang masuk ke Papua. KPK perlu memperhatikan semua kasus dugaan korupsi di Papua. Saya pikir penggunaan dana di pemerintah harus sama disiplinnya dengan daerah lain di Indonesia,” tutur dia.

Baca juga: Menurut Pemerintah Inggris, Papua Sudah Final Jadi Bagian dari NKRI

Malik berpesan agar pemerintah pusat mendengarkan aspirasi dari masyarakat asli Papua karena Indonesia adalah demokrasi yang tak jauh berbeda dari negara asalnya.

“Aspirasi mereka harus dihormati dan harus dipenuhi, ini pertanggungjawaban pusat dan pemerintah daerah. Saya melihat Bapak Jokowi berkomitmen untuk membangun Papua dan beliau berkunjung ke Papua lebih sering dibanding mantan presiden,” ucap dia.

Malik menambahkan, kebijakan Presiden Jokowi untuk Papua cukup bijaksana, di antaranya kasus HAM yang menjadi isu besar diminta untuk diatasi dan beberapa tahanan politik dibebaskan. Namun, dialog pemerintah pusat dengan Papua yang menjadi kebijakan Presiden belum terlaksana.

“Kami mendukung dialog yang diwakili Pater DR Neles Tebay, Wiranto, dan Teten Masduki. Ini sangat baik untuk mendengar aspirasi masyarakat Papua. Walau kebijakan pemerintah pusat sudah tepat, hanya implementasinya masih rendah. Ya, mungkin ada kepentingan lain yang menghambat arahan Jokowi,” kata dia.

Kompas TV TNI menyerahkan status keamanan 3 desa yang sempat dikuasai kelompok kriminal bersenjata di Mimika, Papua pada kepolisian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com