Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dapat Ancaman karena Cekoki Hewan dengan Miras, ADF Takut Keluar Rumah

Kompas.com - 18/11/2017, 21:29 WIB
Agie Permadi

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Pengunjung Taman Safari Indonesia yang diketahui mencekoki satwa dengan minuman keras, PB (27) dan ADF (25), mengaku kerap mendapat ancaman dan kata-kata kotor melalui pesan singkat akibat perbuatannya.

Ancaman dan makian didapat muda mudi itu setelah video mereka yang mencekoki satwa dengan miras menjadi viral di media sosial.

"Betul (ada ancaman), ancamannya lebih dari yang ada di medsos, kaya kata-kata kotor," kata ADF yang ditemui di Kantor Hukum M Ali Nurdin, di Kawasan Dago Asri, Kota Bandung, Sabtu (18/11/2017).

Menurut ADF ancaman tersebut langsung disampaikan melalui nomor telepon pribadinya, pesan singkat via WhatsApp, sampai akun media sosial miliknya.

"Nomor telepon didapatkan mereka (pengirim pesan) karena ada fake account yang ekspose semuanya," kata ADF.

(Baca juga: Viral, Video Satwa di Taman Safari Diduga Dicekoki Miras oleh Pengunjung)

Tak hanya ADF, ancaman juga menyasar keluarga perempuan itu.

"Kata-kata kotor itu pun ditujukan ke Papa, Mama, saudara, padahal ini masalah saya. Enggak perlu lah ke yang lain, saya siap kok tanggung jawab," tutur ADF, seraya meneteskan air mata.

Akibat dari perundungan itu ADF bahkan takut untuk keluar rumah dan enggan untuk membuka akun media sosial miliknya.

"Jadi tolong jangan ada bully-an lagi, enggak usah ke nomor pribadi. Saya juga takut keluar rumah," kata ADF, sambil menyeka air matanya.

ADF telah menyesali perbuatannya dan meminta maaf kepada masyarakat, terutama kepada pihak Taman Safari Indonesia.

"Saya menyesal sekali, saya sudah menerima hukumannya. Kami tak bermaksud menyakiti satwa, kami menyesal," kata perempuan muda asal Jakarta ini.

(Baca juga: Cekoki Satwa di Taman Safari dengan Miras, Muda Mudi Ini Minta Maaf)

Dia menuturkan, kejadian itu terjadi pada Selasa 14 November ?2017 sore. Saat itu mereka dalam perjalanan dari Puncak menuju Jakarta.

Lantaran macet, mereka pun akhirnya memutuskan untuk mampir terlebih dahulu ke Taman Safari Indonesia. "Waktu itu di mobil ada lima orang," kata dia.

Tanpa direncanakan sebelumnya, PB membuka botol minuman beralkohol yang saat itu sudah ada dibawa di dalam mobil. Tak lama, video itu diunggahnya dalam akun media sosialnya.

Meski begitu, ADF mengaku apa yang direkamnya itu hanya perbuatan iseng yang melampaui batas.

"Bercanda kami keterlaluan. Kami tidak tahu dampaknya akan seperti ini," ujarnya.

(Baca juga: Pengunjung yang Diduga Cekoki Miras ke Satwa Dilaporkan Taman Safari ke Polisi)

Ancaman serupa juga didapatkan PB dan keluarganya. Bahkan PB mengaku dampak dari perbuatannya itu menggangu kehidupan sosial dan pekerjaannya.

"Ada ancaman sampai ke pihak keluarga, kasihan keluarga kena dampaknya," ujar PB.

Sementara itu, Ali Nurdin sebagai kuasa hukum mengatakan bahwa apa yang dilakukan kliennya ini merupakan kekhilafan yang berdampak luar biasa terhadap kehidupan sosial mereka.

"Bahkan ADF depresi tidak keluar rumah, dan pihak keluarganya juga menanggung akibatnya, dan PB terpukul dengan kejadian tersebut," kata dia.

Untuk itu, Ali meminta masyarakat untuk menghentikan hujatan kepada kliennya tersebut. Pasalnya, saat ini kliennya itu sudah menyesali perbuatannya dan meminta maaf.

"Hujatan kepada ADF dan PB cukup. Tolong biarkan mereka melanjutkan kehidupannya ke depan, saya yakin akan lebih baik," ujarnya.

Kompas TV Perilaku sekelompok pemuda memberikan minuman keras kepada hewan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com