Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Korban Pemerkosaan Cari Keadilan, Merasa Dipingpong Polisi Saat Melapor

Kompas.com - 23/10/2017, 16:52 WIB
Junaedi

Penulis

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com – Denting jam di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 23.00 wita lebih saat peristiwa pemerkosaan terhadap RW terjadi di rumah korban di Kecamatan Tapango, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Sabtu, 19 Agustus 2017 lalu.

Seorang laki-laki yang diketahuinya adalah tetangga dekat yang juga teman baik suaminya, masuk ke kamar korban melalui pintu dapur belakang yang memang sengaja tidak kunci atas permintaan suami korban yang sedang bermain domino di salah satu rumah tetangganya.

Korban yang baru beberapa menit tertidur karena anaknya rewel malam itu kaget tiba-tiba kedua pahanya ditindih dan organ sensitifnya diraba-raba pelaku yang ternyata bukan suaminya sendiri. Korban yang terjaga dari tidurnya berusaha memberontak dan berteriak minta tolong agar lepas dari pelaku.

Pelaku yang tak ingin terbongkar kedoknya berusaha menyumpal mulut korban hingga tak bisa berteriak. Korban yang berusaha melawan pelaku sempat terkena cakar kuku pelaku. Pelaku bahkan sempat menampar sambil terus berusaha menindih tubuh koban agar tak bisa lepas dari cengkeramannya.

Anak semata wayang korban yang juga baru tertidur malam itu ikut terbangun saat ibunya sedang berjuang membela kehormatannya. Sang anak yang ketakutan menangis histeris saat melihat ibunya ditindih pria yang bukan ayahnya sendiri. Sang anak menangis dan ketakutan hingga sempat terdengar ke tetangga.

“Karena saya berusaha melawan pelaku menyumpal mulut saya dengan tangannya sambil menindih kedua paha saya hingga saya tak bisa leluasa bergerak dan melepasklan diri,” tutur RW saat ditemui di rumahnya.

Pelaku baru membebaskan korban dan lari lewat pintu dapur belakang rumah setelah mertua korban terdengar berjalan dari lantai dua rumahnya hendak turun ke kamar korban di lantai satu, tempat pelaku menyumpal mulut korban.

Kronologi

Kejadian asusila ini sendiri bermula ketika, Sabtu malam, Agustus lalu, pelaku datang ke rumah korban untuk mengajak suaminya bermain domino di salah satu rumah tetangganya. Sebelum berangkat main domino malam itu, SP, suami korban, kedatangan sejumlah tamu lain. Ia pun melayani dan menjamu tamunya terlebih dahulu sambil menyuguhkan secangkir kopi, termasuk kepada pelaku.

Sebelum pelaku dan SP pamit ke rumah tetangga bermain domino, pelaku minta agar ia dan suami korban lewat pintu dapur belakang rumahnya. Keduanya pun pamit lewat pintu belakang. SP berpesan agar pintu rumahnya jangan dikunci agar ia tak perlu merepotkan istrinya membuka pintu rumahnya saat pulang larut malam dari tempat bermain domino.

Baru satu jam bermain kartu domino, pelaku tiba-tiba minta pamit pulang lebih awal dengan alasan istrinya sedang hambil besar dan sendirian di rumahnya. Saat itu SP, suami korban, curiga dengan sikap pelaku karena tiba-tiba pamit dan pulang ke rumah.

“Saya juga heran karena baru beberapa saat main domino malah minta pamit karena alasan istrinya sedang sendiri di rumah dan hamil berat. Padahal dia yang datang mengajak saya ke rumah tetangga bermain domino. Rupanya dia punya rencana lain,” jelas SP.

Baca juga : Pemerkosaan Anak oleh Ayahnya Terbongkar Setelah Korban Menikah

SP yang mendampingi istrinya mengaku tak habis pikir pelaku yang selama ini dia anggap seperti saudara sendiri tega melakukan perbuatan yang tak sepantasnya. Menurut SP, pelaku bahkan pernah menginap di rumahnya cukup lama saat ia sempat diusir orangtuanya dari rumahnya karena masalah internal keluarga.

Sebagai sahabat dan tetanga dekat, SP mengaku saat itu tak keberatan menjadikan rumahnya sebagai tempat pelarian untuk menampung korban.

“Saya tak menyangka pelaku yang sudah saya anggap seperti saudara sendiri tega melakukan tindakan tak pantas tersebut terhadap istri saya. Selama ini saya anggap keluarga sendiri dan ia bebas keluar masuk rumah,” tutur S

Datangi rumah pelaku

Hr, mertua perempuan korban menyebutkan, ia terbangun lantaran kaget mendengar suara gaduh seperti orang berteriak dalam keadaan mulut tersumpal. Ia awalnya menduga anak dan menantunya sedang bertengkar hebat dini hari.

Hr pun menegurnya dari lantai dua rumahnya. Merasa tegurannya tak direspons, Hr yang khawatir dengan suara tangis cucunya berusaha turun ke lantai satu untuk memastikan apa yang sedang terjadi.

Namun belum sempat mengetahui apa yang sedang terjadi, pelaku yang merasa terdesak langsung lompat dan kabur melalui pintu dapur rumah korban.

Usai mendengar penjelasan menantunya, Hr langsung mencari anaknya, SP alias suami Rw yang sedang bermain domino di salah satu rumah tetangagnya. SP pun kaget mendengar kabar tak sedap tersebut. Ia langsung pulang ke rumah menemui istri dan anaknya yang sedang menangis dan ketakutan.

Hr dan SP kemudian mendatangi keluarga dan orangtua pelaku yang hanya berjarak beberapa puluh meter dari rumahnya. Keduanya ingin menyelesaikan kasus ini secara kekeluargaan.

Namun pelaku malah marah dan menantang SP dan istrinya untuk melaporkarkan kasus ini ke polisi jika punya bukti dan saksi-saksi.

Dipingpong saat melapor

Korban Rw bersama suaminya, SP dan mertuanya sesaat setelah kejadian sekitar pukul 24.00 Wita langsung melaporkan kasus dugaan pemerkosaan itu ke Polsek Wonomulyo. Namun petugas yang menemuinya di Polsek Wonomulyo mengarahkan mereka ke Polsek Tapango. Alasannya kejadiannya bukan di wilayah Polsek Wonomulyo.

Korban malam itu langsung menuju Polsek Tapango. Korban yang sedang mencari keadilan malah kecewa karena kantor Polsek Tapango sedang kosong. Tak ada satu pun petugas yang bisa ditemui.

“Kita datang sekitar jam dua untuk melapor sesuai arahan petugas Polsek Wonomulyo, tetapi tidak satu pun petugas di sana. Kantor ditutup dan tidak ada petugas yang berjaga,” tutur Hr.

Baca juga : Kisah di Balik Aksi Heroik Sertu Suratman yang Gagalkan Pemerkosaan Siswi SMP

Korban bersama suami dan menantunya kembali ke kantor Polsek Wonomulyo. Korban pun memohon kepada polisi agar laporannya diterima malam itu, namun tetap tidak bisa diterima.

Korban dan keluarganya yang kecewa kemudian pergi menuju kantor Polres Polewali Mandar yang berjarak sekitar 20 kilometer lebih dari kantor Polsek Wonomulyo untuk melaporkan kasus dugaan pemerkosaa

 

Namun korban kembali kecewa. Petugas di Polres Polewali Mandar kembali mengarahkan korban agar berkoordinasi dengan petugas Polsek Tapango yang menjadi lokasi kejadian.

“Saya benar-benar frustasi, malam itu saya dari kantor ke kantor polisi dan berharap ada yang bisa menerima laporan saya, namun setiap kali melapor ada saja masalahnya," kata korban Rw.

Hr mengaku lelah. Selama bepergian dari satu kantor polisi ke kantor polisi lain, ia sambil menggendong cucunya yang baru berusia sekitar tiga tahun. Ia membawa cucunya karena tak ada yang menjaga di rumahnya.

Keesokan harinya, Minggu (20/10/2017), korban dan suaminya kembali mendatangi Polsek Tapango. Namun salah satu petugas di sana kembali mengarahkan korban ke kantor Polres Polewali Mandar. Meski lelah dan tak tidur sejak kemarin, korban dan mertuanya kembali ke kantor Polres Polewali Mandar dengan menaiki motor.

Baca juga : Hendak Kabur, Otak Pelaku Pemerkosaan 2 Siswi SMP Ditembak Polisi

Sayangnya, belum sempat laporannya diterima dan diproses petugas Polres Polman, ia lagi-lagi diarahkan ke Polsek Tapango. Alasannya sudah ada petugas di Polsek Tapango yang bisa menangani dan menerima laporan kasusnya.

Meski kesal atas semua birokrasi yang dinilainya tidak membantunya, korban dan keluarganya hanya bisa mengusap dada sambil dan tetap berusaha menjadi warga negara yang patuh terhadap hukum.

“Baru beberapa menit tiba di kantor Polres Polewali mandar setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, kita kembali diminta pulang ke Polsek Tapango. Katanya sudah ada petugas Polsek Tapango yang bersedia menanganinya,” jelas Hr.

Korban kecewa

Setelah beberapa hari ditangani petugas di Polsek Tapango, kasus asusila ini kemudian kembali dilimpahkan ke Polres Polewali Mandar. Meski semua korban, saksi-saksi, termasuk pria yang diduga pelaku pencabulan telah diperiksa, namun hingga menjelang dua bulan setelah kasusnya ditangani polisi, korban tak kunjung mendapatkan kepastian.

“Jangankan menahan pelakunya, perkembangan penanganan kasusnya saja tak jelas. Alasannya tidak ada saksi kuat yang melihat langsung kejadian,” tutur Hr mengutip alasan polisi.

Korban yang mengaku tidak tahu menahu soal hukum, termasuk menghadapi kasus pelecehan seksual yang menimpa dirinya, mengaku menyesalkan sikap polisi yang dinilainya tidak proaktif mengarahkan korban pada saat melapor untuk melakukan visum di rumah sakit.

“Harusnya polisi yang tahu hukum mengarahkan setiap korban yang melapor agar divisum seperti saya yang tidak tahu menahu soal hukum,” tutur korban.

 

Keluarga korban juga menyesalkan lambannya proses penanganan laporan korban. Polisi baru datang ke lokasi setelah hampir 10 hari setelah kejadian. Padahal jika saja petugas datang ke lokasi kejadian lebih awal, sidik jari pelaku di TKP masih bisa ditemukan.

Luka bekas cakar dan memar di wajah korban, menurut Hr, bisa jadi saksi andaikan polisi bisa mengarahkan korban lebih awal untuk membantu mengumpulkan bukti-bukti perkara.

“Kita ini kan tidak tahu menahu. Bagaimana mau divisum kalau kita tak pernah dikasih tahu polisi untuk divisum. Coba kalau polisi minta kita malam itu divisum, kita pasti ke rumah sakit malam itu. Tapi itu tidak pernah diarahkan kepada kita yang tidak mengetahui proses hukum sebelumnya,” tutur korban diamini mertuanya.

Baca juga : Menyamar Jadi PSK, Kapolsek Rochana Dapat Kenaikan Pangkat

Sementara sejumlah tetangga korban dimintai keterangan mengaku mendengar ada suara keributan saat kejadian. Namun tidak melihat siapa pelakunya lantaran malam itu sebagian warga sudah tertidur.

Meski para tetangga turun tangan beberapa saat setelah kejadian, namun mereka mengaku tidak memlihat ada orang karena malam itu di sekitar kampung mereka gelap gulita. Pelaku pun diketahui kabur lewat pintu belakang rumah korban.

Kapolres Polewali Mandar AKBP Muhammad Rifai yang dimintai konfirmasi terkait perkembangan penanganan kasus asusila yang dilaporkan korban ke Polres Polewali Mandar mengaku sedang dalam perjalanan menuju Mamuju untuk kegiatan dinas.

Namun ia mengatakan, kasus dugaan pemerkosaan ini sudah ditangani penyidik. Menurut kapolres, penyelidikan kasus ini mengalami kendala karena saat kejadian tidak ada saksi.

“Saya sudah hubungi Kasat Reskrim. Penjelasan reskrim katanya kendala kasus ini karena tidak ada bukti,” jelas Kapolres di ujung telepon.

Namun kapolres menyatakan bahwa pihaknya akan mengkaji ulang kasus ini setelah pulang dari Mamuju dan bertemu dengan kasat reskrim.

Kompas TV Keluarga korban yang emosi mengejar dan ingin memukul terdakwa saat dibawa menuju ruang sidang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com