Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gas di Dapur Taslimah Berasal dari Kotoran 13 Sapi di Belakang Rumahnya

Kompas.com - 18/10/2017, 14:30 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Taslimah dan Kaswi, pasangan suami istri di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, tampak semringah, Rabu (18/10/2017) pagi. Dapur rumahnya terus "ngebul" tanpa takut gasnya akan habis. Tak ada yang menyangka, pasokan gas di dapur rumahnya berasal dari kotoran sapi.

Sebanyak 13 ekor sapi yang digemukkan di belakang rumahnya terus memasok kotoran setiap hari. Kotoran ini lalu diolah hingga mengeluarkan gas yang disambungkan melalui pipa ke dalam kompor.

"Sudah 1 tahun gunakan cara ini. Alhamdulillah sudah tidak butuh gas lagi," kata Taslimah sembari menunjukkan api biru dari kompor yang dinyalakannya.

Tak sulit memulai perubahan itu. Taslimah bercerita, semula dia dan suaminya mulai melakukan cara itu dengan belajar di tempat lain. Setelah menguasai, Taslimah dan suaminya kemudian berniat membangun instalasi memanfaatkan gas dari kotoran sapi.

Namun belum sempat membangun, keluarga itu justru mendapat tawaran dari pemerintah setempat untuk dibangunkan instalasi biogas. Dinas Lingkungan Hidup membantunya memasang instalasi di dapur rumahnya.

"Jadi hampir setiap hari ini dikeruk, dijadikan biogas. Saluran ini disambungkan ke kompor," kata warga Desa Sidorejo, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak, ini.

Kotoran sapi yang diambil dari kandang dikumpulkan jadi satu, kemudian dimasukkan di dalam satu tempat. Tempat itu berbentuk lingkaran, di bagian ujung diberi saluran pembuangan, untuk mengalirkan kotoran sapi yang sudah diolah.

Kotoran sapi kemudian masuk di dalam tempat penyimpanan di bawah tanah. Tempat penyimpanan ini mempunyai kandungan gas dan dialirkan ke dalam pipa, lalu masuk di dalam kompor

Lalu kotoran sapi yang sudah tidak terpakai dikeluarkan hingga menjadi limbah cair. Kotoran itu kemudian dapat dimanfaatkan menjadi pupuk.

"Letong (kotoran sapi) diambil dimasukkan ke dalam sumur, lalu diaduk. Ampas yang sisa dibuat pupuk. Sekarang sudah gak beli gas lagi," timpal Kaswi.

Untuk menjamin keamanan, di dalam dapur terpasang alat nanometer. Alat itu dapat mengukur berapa gas yang tersimpan di tempat penyimpanan.

"Gasnya sisa-sisa terus mas. Limbahnya juga banyak dibuang karena kebanyakan," ujarnya.

Sayangnya, Taslimah tak tahu cara mengkonversikan gas itu ke dalam tabung. Sisa gas dimanfaatkan oleh tetangganya, dan tempat usaha mie ayam.

Kampanye biogas

Teknologi biogas dari kotoran hewan sedang digencarkan pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada gas. Masyarakat didorong memanfaatkan kotoran hewan untuk diolah menjadi gas, lalu limbahnya diolah menjadi pupuk.

Di Desa Sidorejo, ada sembilan titik warga yang mulai memanfaatkan biogas dari kotoran sapi. Desa ini menuju menjadi desa energi jika nantinya mereka sepakat membangun satu instalasi besar sekaligus menyalurkan gas ke warga sekitar.

Pupuk juga disalurkan ke kelompok tani dan baik untuk pola pertanian organik.

"Kami sudah tidak gunakan tabung gas lagi," tambahnya.

Kepala Badan Penelitian dan Perencanaan Daerah Jawa Tengah Sudjarwanto mengatakan, untuk menjadi desa lumbung energi, tiap keluarga hanya butuh memanfaatkan kotoran dadi 6 ekor sapi. Jika berlebih, gas bisa disalurkan untuk penggunaan listrik, hingga tempat usaha.

"Kalau 13 sapi terlalu banyak makanya ada sisa. Cukup 6 sapi untuk dapat membuat biogas," ujar mantan kepala dinas penanaman modal ini.

Makin gencarnya penggunaan biogas di masyarkat disambut baik Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Ganjar pagi itu tertarik datang untuk melihat dapur rumah Kaswi dan keluarganya.

Seusai meninjau dapur, instalasi dan kandang sapinya Ganjar mengaku puas. Ia bahkan meminta dibuatkan kopi dari gas kotoran sapi itu.

"Saya senang, karena sampah tiap hari ini dirubah jadi energi. Pak Kaswi sudah memulai, kebutuhan energi penting di era banyaknya penduduk. Sampah jadi energi, letong jadi energi, limbahnya jadi pupuk," puji pria berambut putih ini.

"Jadi enggak ada yang dibuang, semua bisa ada manfaatnya," tambahnya.

Pemanfaatan biogas itu, sambung Ganjar, penting untuk mengurangi ketergantungan pada gas. Dalam beberapa dialog, ia mengaku terus dikeluhkan soal kelangkaan gas melon.

"Memberikan edukasi biogas tidak mudah. Maka, jangan diceramahi, tapi diberi contoh. Kalau sudah nonton ada hasilnya, pasti ada yang tertarik."

"Kita mendorong ini jadi tambahan alternatif penghasilan. Kalau diberi sapi pasti dapat menurunkan kemiskinan," pungkasnya.

 

Kompas TV Kue dengan Inovasi Berbahan Dasar Oyek
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com