Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Tulis Celaket dan Toleransi

Kompas.com - 02/10/2017, 15:18 WIB
Andi Hartik

Penulis

Kompas TV Kemeriahan Karnaval Kemerdekaan Pesona Parahyangan

Perjalanan Batik Tulis Celaket (BTC) tidak mulus. Banyak rintangan yang harus dilalui. Terutama pengaruh perekonomian Indonesia yang membuatnya sempat bangkrut dan bangkit lagi.

Berawal pada tahun 1997 saat Hanan Jalil mulai fokus mengembangkan Batik Tulis Celaket. Sejak saat itu, ia mengangkat Batik Tulis Celaket sebagai branding dari produksinya.

Celaket sendiri merupakan nama kampung di Kecamatan Klojen, Kota Malang. Di kampung itu, Hanan menggagas munculnya batik khas Malang dan diberi nama Batik Tulis Celaket (BTS).

Hanan menyebut, di Kampung Celaket pernah berdiri Kerajaan Pamulang dengan Raja Empu Sindok pada tahun 927 masehi. Sehingga dengan adanya sejarah itu, Hanan berkeyakinan bahwa di kampung itu memiliki potensi untuk menjadi industri tenun kain.

Namun pada tahun 1998 usahanya bangkrut. Keterpurukan ekonomi menyebabkan usaha Batik Tulis Celaket itu harus gulung tikar. "Bangkrut karena tidak ada keberpihakan penguasa," katanya.

Kendati demikian, upaya Hanan untuk memunculkan batik khas Malang belum surut. Pada tahun 2000, dia memulai lagi usahanya.

Nasib yang sama terjadi pada tahun 2003. Hanan kembali mengalami kebangkrutan. Setahun kemudian ia memulai lagi dan bertahan hingga saat ini.

Ada banyak motif yang dimiliki oleh Batik Tulis Celaket. Setiap motif menggambarkan kondisi sosial, ekonomi, politik dan geografis Malang.

"Apa yang dilihat dan yang didengar di Malang kita batik. Bunga teratai, ada tugu kita pakai tugu, ada singa pakai singa," katanya.

Untuk menghasilkan motif yang beragam, Hanan membebaskan setiap karyawannya untuk berkreasi membikin motif tersendiri. Namun tidak boleh keluar dari kekhasan yang dimiliki Malang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com