SURABAYA, KOMPAS.com - Sebanyak 6 mahasiswa pascasarjana mengembangkan alat baru pendeteksi tubercolosis (TB). Alat yang diberi nama Tuberculosis Detect and Care atau TBDe Care itu disebut lebih murah dengan tingkat akurasi tinggi yang mencapai 90 persen.
Keenam mahasiswa yang menciptaka TBDe Care adalah mahasiswa yang memperoleh beasiswa khusus dari Presiden Joko Widodo untuk menempuh pendidikan di Skotlandia dan Inggris. Mereka menamakan diri sebagai Tim Garuda 45.
"TBDe Care dapat diintegrasikan dengan sistem teknologi informasi yang tersedia, sehingga teknik ini dapat dengan mudah diimplementasikan di negera-negara berkembang," kata Ketua Tim Garuda 45, Dewi Nur Aisyah, Jumat (29/9/2017).
Alat tersebut mengedepankan prinsip diagnosis yang efektif, dan pendeteksi TB otomatis dengan menggunakan teknik pencitraan digital, sehingga mengurangi human error , dan meningkatkan sensitivitas dan spesifitas.
Baca juga: Tuberkulosis Tak Diobati Bisa Menular hingga ke 15 Orang
Menurut Dewi, alat tersebut memiliki sistem pendukung terpadu untuk pasien TB, seperti pengingat otomatis untuk pengobatan dan waktu berobat, portal informasi, dan forum konsultasi.
"Perangkat sistemnya menyesuaikan dengan teknologi yang tersedia, seperti aplikasi android atau SMS," ucapnya.
Teknologi yang dirancang bersama timnya melengkapi teknologi pendeteksi yang banyak dipakai di beberapa negara, seperti Sputum Smear Test yang memiliki sensivitas kurang dari 60 persen dan hasil tesnya yang inkonsisten, Molecular Diagnostic Platform yang memiliki akurasi yang tinggi namun mahal.
Kamis sore, Tim Garuda 45 menggelar audensi dengan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Dalam pertemuan, Risma mendorong mereka segera melengkapi syarat administrasi untuk membuat hak paten temuan alat tersebut.
"Ini sangat bagus, dan saya yakin akan sangat bermanfaat sebagai alat kesehatan, karena itu harus segera dipatenkan," kata Risma.