Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rakit Bambu yang Setiap Waktu Seberangkan Warga Desa

Kompas.com - 09/09/2017, 07:31 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis

 

Dari mengoperasikan rakit tersebut, Gufran setiap hari menerima sepertiga total pendapatannya. Rata-rata dia mendapat Rp 75.000, uang ini dibagi 2 dengan anaknya, Taufik.

Dia mengaku uang yang diperolehnya itu memang belum mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Namun dia tetap bersyukur bisa menghidupi 3 anaknya, 2 anaknya telah menikah dan tinggal di luar daerah. “Anak saya masih kecil saat ditinggal ibunya,” kata Gufran.

Sungai Mongi’ilo lebarnya 30 meter dengan kedalaman 1,5 meter. Sungai ini adalah anak dari Sungai Bolango. Di bagian hulunya bercabang dua, warga desa biasa menyebutnya sebagai Sungai Butaiyo Da’a dan Butaiyo Kiki.

Tidak setiap saat rakit penyeberangan ini difungsikan. Bila musim hujan lebat air sungai meluap, Gufran dan anaknya memilih tidak mengoperasikan demi keselamatan warga.

“Sudah 8 kali tali pengaman putus, rakit hanyut bersama penumpangnya. Dengan bambu kami berusaha menepikan dengan galah bambu ke salah satu sisi sungai. Belum pernah ada korban,” tutur Gufran.

Baca juga: Banjir Rendam 2 Kecamatan, Warga dan Pelajar Gunakan Rakit

Jika air meluap, arus sungai sangat kencang, biasanya hewan seperti ular atau biawak ikut terbawa arus. Warga desa sudah biasa dengan pemandangan ini.

Bagi warga di luar Kecamatan Bulango Ulu, berada di pedesaan ini sangat menawan. Menghirup udara bersih dan melihat kawasan kebun warga adalah pemandangan yang menawan, sesekali burung Julang Sulawesi berteriak di tepi hutan. Suaranya nyaring memecah kesunyian siang.

Sebenarnya rakit ini bukan satu-satunya sarana penyeberangan, masih ada satu jembatan gantung yang dibangun Pemerintah Bone Bolango, namun karena letaknya harus memutar jauh, sehingga banyak orang yang memilih rakit untuk menyeberang.

Keberadaan rakit penyeberangan ini sangat bermanfaat bagi kehidupan warga desa. Mereka menggantungkan distribusi hasil pertanian untuk dibawa ke pasar melalui jalur ini.

Gula aren, kopra, sayur, buah, dan komoditas lainnya dibawa ke Pasar Kamis di Tapa. Sepulang dari pasar mereka membawa barang-barang kebutuhan yang akan dijual di desa.

Camat Bulango Ulu, I Wayan Ranawa mengapresia adanya rakit penyeberangan tersebut karena telah banyak membantu warga dan pemerintah.

Rakit ini juga digunakan aparat pemerintahan untuk melayani masyarakat, perannya sangat penting,” kata I Wayan Ranawa.

Namun tampaknya pelanggan Gufran dan Taufik akan berkurang seiring dengan akan dibangunnya jembatan di wilayah itu. Rencananya tahun ini jembatan gantung sepanjang 70 meter akan dibangun.

Kompas TV Jembatan Ambrol, Siswa dan Guru Terlambat ke Sekolah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com