Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Nakhoda Kapal Merelakan Anak Buah Kapalnya Melepas Diri...

Kompas.com - 25/08/2017, 09:04 WIB

Tim Redaksi

Kompas TV 4 Korban Kapal Tenggelam Ditemukan

Antonius tidak bisa berbuat banyak dan rekan-rekan lainnya juga demikian. Kondisi semakin melemahkan fisik mereka. Sekitar jam delapan malam, seingat Antonius satu lagi ABK meminta izin melepas diri. Di tengah kegelapan dia pergi.

"Selasa pagi, kami kehilangan satu ABK lagi. Dia melepas napas terakhirnya di dekat kami. Sebelumnya dia sempat bilang bahwa dia sudah tidak mampu. Dia langsung tenggelam," ujar Antonius dengan mata yang berkaca-kaca.

Pada Selasa malam itu, Antonius yang sudah menjadi kapten kapal penangkap ikan selama 17 tahun ini kehilangan lagi dua ABK-nya. Mereka sudah tidak kuat untuk bertahan. Antonius tak bisa berbuat banyak. Di tengah kegelapan malam dia harus rela lagi kehilangan anak buahnya.

"Terakhir yang melepas diri meminta izin kepada saya karena badannya penuh luka. Bagian perutnya hancur, mungkin digigit ikan. Dia bilang, Kep (panggilan untuk kapten kapal -red) saya sudah tidak mampu, mohon maaf," cerita Antonius.

Tersisa malam itu Antonius dan Kelvin. Mereka berdua mencoba untuk tetap berada di atas rakit. Di sisa-sisa kekuatan, mereka berdua mencoba mengikat diri di rakit agar tidak jatuh dan tenggelam.

"Saya bilang ke Kelvin, sisa kita berdua. Berdoa terus, dan pasrah saja di mana Tuhan mau membawa kita," kata Antonius.

(Baca juga: Kapal yang Hanyut Diduga Karam di Tual, 17 ABK Belum Ditemukan)

Kelvin yang dievakuasi bersama Antonius menambahkan, untuk bertahan hidup mereka mencoba meraih apa yang hanyut dan bisa dimakan.

"Kami sempat dapat kelapa satu, kami ambil lalu kupas, ternyata kelapanya busuk, tapi tetap kami makan setengah dengan kep (Antonius) yang penting bisa makan," tambah Kelvin.

Dalam kondisi itu, Antonius dan Kelvin sepakat membiarkan rakit mereka hanyut terbawa arus. Mereka tak mampu lagi mengayuh, hanya pasrah, hingga nelayan di Damau menemukan mereka lalu membawa ke daratan pada Rabu pagi.

Hingga Kamis (24/8/2017) sudah 15 orang ditemukan selamat dari musibah tersebut. Masih ada delapan lagi, termasuk lima orang yang diceritakan Anton yang belum ditemukan.

Operasi SAR pencarian terhadap korban tenggelamnya kapal milik PT Sari Malalugis itu digelar sejak Senin (21/8/2017) di bawah koordinasi Basarnas Manado dengan melibatkan beberapa unsur.

Kepala Basarnas Manado Budi Cahyadi mengatakan standar operasi SAR pencarian orang hilang selama tujuh hari. Kini Anton dan Kelvin beserta dua ABK lainnya Maxi Lukas dan Hian Tamaka dirawat di Rumah Sakit Talaud.

Kepala Badan Kesbangpol Talaud Daud Malensang menyampaikan komitmen pihaknya untuk merawat para korban dengan baik.

"Bupati telah memerintahkan untuk menangani hal ini dengan maksimal. Kami menanggung biaya perawatan mereka selama di Talud. Ini soal kemanusiaan, jadi harus ditangani dengan sungguh-sungguh," kata Malensang.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com