Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gintangan, dari Pelarian Perang Menjadi Sentral Kerajinan Bambu

Kompas.com - 13/05/2017, 16:32 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

"Saya sempat ada pesanan ke Belanda untuk membuat gantungan kunci dari bambu sebanyak 10.000 buah.Beberapa bulan lalu malah kirim hantaran ke Arab satu kontainer yang isinya hampir sekitar 7.000 buah," jelasnya.

Sementara itu, Untung Hermawan (46) salah satu perajin anyaman bambu di Gintangan ada belasan motif dasar yang dimiliki Desa Gintangan antara lain liris, liris miring, pipil, pipil kombinasi, pipil miring, druno, matapuro, truntum, truntum bintang, matahari, dan cakar gagak.

Dari motif-motif dasar tersebut, menurut Untung bisa dikombinasikan dan dapat menghasilkan ratusan jenis kerajinan.

"Contohnya satu benda saja yaitu kap lampu bisa berbagai macam model dan juga anyaman yang digunakan. Itu baru kap lampu belum lagi rantang, hantaran, tempat kuah tudung saji dan barang lainnya," katanya.

Untuk bambu yang digunakan adalah jenis bambu apus yang didapatkan dari daerah di luar desa seperti Sempu dan Genteng. Biasanya, stok bambu akan diantarkan secara rutin ke Desa Gintangan.

"Sebelum dianyam atau dijadikan bentuk kerajinan, bambu tersebut juga ada perlakuan khusus dan semuanya dikerjakan secara detail. Hal itulah yang membuat produksi kerajinan bambu dari Desa Gintangan menjadi sangat berkualitas," ucapnya.

Namun masalah yang muncul adalah jumlah perajin anyaman bambu di Desa Gintangan mulai menurun karena pemuda di desa itu lebih memilih bekerja di Bali.

Dia berharap dengan adanya Festval Bambu akan muncul ketertarikan anak-anak muda untuk meneruskan tradisi menganyam di desa Gintangan.

"Menganyam tidak perlu dijadikan pekerjaan utama. Bisa dilakukan sambil menonton televisi atau bisa juga sambil mengasuh anak. Dan memang yang terbanyak menganyam bambu ini dari ibu rumah tangga dan biasanya laki-laki yang bagian finishing," pungkasnya.

Baca juga: Ini yang Baru... Festival Bambu Bakal Meriahkan Festival Banyuwangi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com