Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Permintaan Hasil Kerajinan, Ibu-ibu di Banyuwangi Belajar Menganyam Bambu

Kompas.com - 09/11/2016, 22:43 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI,KOMPAS.com — Ibu-ibu di Dusun Pekarangan, Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro, belajar menganyam bambu di halaman rumah salah satu warga, Rabu (9/11/2016).

Mereka membuat kerangka truntum, yaitu bahan dasar untuk kerajinan bambu, seperti lampu hias, tudung saji, songkok, tempat kue, parsel, dan kerajinan bambu lainnya. Truntum dianyam dari bambu yang diraut kecil dan tipis, lalu disatukan hingga berbentuk lembaran yang berukuran 50 x 60 sentimeter.

Ibu-ibu tersebut baru pertama kali belajar menganyam di pelatihan yang difasilitasi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pertambangan (Disperindagtam) Banyuwangi yang digelar selama enam hari. Mereka belajar mulai dari dasar teknik menganyam hingga pewarnaan bambu.

"Masih kaku masih belum terbiasa. Agak susah karena pola-polanya baru dan ini tadi bambunya masih harus diserut agar lebih rapi," kata Jamiatun, salah satu ibu rumah tangga yang mengikuti pelatihan tersebut kepada Kompas.com.

Hal senada juga diungkapkan Ani Karimah. Menurut dia, bila sudah lancar menganyam, dia akan membuat sendiri di rumah sambil mengasuh anak.

"Bisa menambah penghasilan karena satu lembar truntum ini bisa dihargai antara Rp 10.000 sampai Rp 12.000 sesuai dengan kesepakatan dengan perajin. Jadi, enggak usah kerja di luar," kata Ani.

Sementara itu, Amanto, pemilik usaha kerajinan bambu UD Karya Nyata, yang mengajari ibu-ibu tersebut, menjelaskan, dia membutuhkan banyak truntum karena permintaan produk anyaman bambu dari Banyuwangi sangat besar.

Untuk itu, dengan melatih ibu-ibu yang ada di Desa Kelir, pihaknya bisa membeli langsung produk yang dihasilkan oleh para ibu rumah tangga tersebut.

"Anggap ini adalah simbiosis mutualisme. Masyarakat di sini dapat keterampilan dan uang dengan membuat truntum dan saya bisa memenuhi permintaan pasar," katanya.

Produk dari Amanto sendiri sudah menyebar ke hampir seluruh Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, dan juga mancanegara.

Saat ini, Amanto memproduksi 50 jenis kerajinan anyaman bambu dengan salah satu bahan dasar dari truntum.

Kerajinan yang paling banyak dicari, menurut dia, adalah kopiah, tetapi khusus untuk ke Arab Saudi pesanan yang terbanyak adalah tempat kue.

"Kemarin sekali kirim saya bisa 2.000 tempat kue atau 500 set ke Saudi dengan harga per set sekitar Rp 380.000. Biasanya mengirim jelang puasa. Belum lagi pesanan yang dari dalam negeri. Karena itu sering sekali kami kekurangan stok truntum," katanya.

Sementara itu, Hary Cahyo Purnomo, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pertambangan (Disperindagtam) Banyuwangi, mengatakan, pelatihan tersebut bisa menguntungkan baik bagi perajin bambu dan juga para ibu rumah tangga yang mengikuti pelatihan.

Pihaknya juga akan menggelar pelatihan di wilayah desa lain yang memiliki potensi bambu agar bisa menyediakan pasokan truntum bagi industri kerajinan bambu.

"Selain Desa Kelir, pelatihan khusus perempuan menganyam ini juga dilakukan di Desa Bulusari Kalipuro dan Desa Tamansari Licin. Diharapkan nantinya mereka yang akan memasok truntum di Desa Gintangan yang terkenal sebagai sentra kerajinan bambu di Banyuwangi," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com