Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Kukar Bangun Pengolahan Air Bersih untuk 700 Keluarga di Desanya

Kompas.com - 08/05/2017, 10:08 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

 

Sanipah merupakan desa yang kaya sumber daya alam. Dua perusahaan minyak dan gas bumi beroperasi di sana, yaitu Total E&P Indonesia yang mengoperasikan sumur Bekapai dan Peciko di lautan dan Vico Indonesia yang mengoperasikan sumur Mutiara di daratan.

 

Selain itu, Pertamina pun beroperasi di sana. Belum lagi saat booming bisnis batu bara. Desa Sanipah menjadi kawasan sibuk bagi para kontraktor, perusahaan eksploitasi, dan parkir alat berat.

Ironisnya, meski banyak bercokol perusahaan besar pengeruk sumber daya, desa ini seperti tertinggal. Bahkan penyaluran air bersih hasil olahan perusahaan pemerintah saja hanya masuk ke satu dari belasan RT yang ada.

Gemas pada kondisi ini, warga berinisiatif memaksa, khususnya pada perusahaan migas yang sudah lebih dulu ada di sana. “Semula warga merasa Total (TEPI) masih kurang berperan bagi kehidupan masyarakat. Kita ajukan permintaan air bersih,” kata Takdir, salah satu ketua dari Yapenmas.

TEPI sejatinya telah melaksanakan sejumlah program penampungan air bersih di Sanipah sekitar tahun 2000. Dana miliaran telah digelontorkan. Namun warga tetap kesulitan air. Keinginan memeroleh air bersih tertunda hingga dua tahun kemudian, saat Yapenmas berdiri.

Yapenmas berdiri di 2002. Mereka ini yang kemudian mengelola bantuan TEPI untuk pembangunan sumur bor dengan kapasitas 5 liter/detik, pengolahannya, penampungan, hingga jaringan pipa sampai ke pelanggan.

Pembangunan terwujud. Yayasan pun bisa menyalurkan air bersih bagi 175 sambungan di tahap awal operasi mereka. Warga senang penyaluran air bersih ini meski mengganti ongkos pemasangan Rp 125.000.

“Sekarang, biaya pasangnya Rp 1.000.000 per pelanggan, untuk meteran dan jaringan pipa,” kata Sopiansyah.

Harga pemasangan saluran air ke tiap rumah ini jauh lebih murah dibanding Rp 1,5 juta untuk biaya pasang jaringan PDAM.

Dari waktu ke waktu, sambutan warga semakin besar. Pelanggan memanfaatkan air antara 5 hingga 15 kubik air per rumah tangga. Selain kebutuhan air bersih, warga diuntungkan dengan harga air yang murah.

Semula, pemakaian 10 kubik air dikenakan Rp15.000. Kini, warga membayar Rp 20.000 untuk pemakaian 10 kubik air. Pemakaian lebih dari 10 kubik dikenai Rp 3.000 per kubik.

“Sebelum ada Yapenmas ini, warga beli air dari mobil tanki, cukup besar biayanya. Kadang antre lama, sementara kebutuhan mendesak. Dulu bisa keluar uang Rp 300.000 tiap bulan untuk membeli air,” kata Noorbaeti.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com