Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Kukar Bangun Pengolahan Air Bersih untuk 700 Keluarga di Desanya

Kompas.com - 08/05/2017, 10:08 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

KUTAI KARTANEGARA, KOMPAS.com – Aroma telur busuk menghilang seiring semilir angin di sekitaran instalasi pengolah air yang berada di sebuah bukit di Jalan Gunung Pasir, Kelurahan Sanipah, Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara.

Sopiansyah, teknisi instalasi, terbiasa dengan aroma itu. Ia mengenalnya sebagai bau khas lumpur, logam, atau mikroba pada air tanah.

Air yang membawa partikel berat itu baru berupa air baku bagi warga. Air tersebut perlu melewati penyaringan partikel berat terlebih dulu di dua bak tampung di bukit itu.

Setelah disaring, air jadi lebih jernih, segar, tidak berbau, dan siap disalurkan ke ratusan rumah tangga di Sanipah.

“Air ini harus dimasak dulu sebelum diminum,” ucap Sopiansyah, teknisi dari Yayasan Pengembangan Masyarakat Sanipah (Yapenmas) di Samboja.

Yapenmas merupakan badan usaha warga yang salah satu usahanya adalah mengelola air bersih.

Air ini berasal dari sumur dengan kedalaman 106 meter di bawah permukaan tanah, tak jauh dari kaki bukit itu. Air dipompa sampai debit 4 liter per detik. Kemudian air mengalir ke dua filter untuk proses pemisahan dari logam, lumpur, hingga mikroba.

Setelah itu, air masuk ke penampungan raksasa berkapasitas 70 ton kubik air. Dari penampungan inilah, air didistribusi ke ratusan rumah di Sanipah.

“Saya pakai mandi, masak, dan mencuci. Sudah tidak beli air mobil tanki lagi, sekarang semua dari sumur. Tidak berbau. Tapi air tidak bisa langsung diminum, harus dimasak dulu,” kata Noorbaeti, salah seorang warga yang tinggal di Gunung Pasir.

Pengolahan air Gunung Pasir ini satu dari empat instalasi serupa buatan Yapenmas. Sebelumnya, ia telah membangun sumur dan pengolah pada 2002 dan 2014 di Gunung Pasir. Kini, hampir seluruh warga Sanipah bergantung pada air olahan Yapenmas ini.

Sanipah merupakan sebuah desa dalam Kecamatan Samboja. Sekalipun dalam lingkup administrasi Kukar, wilayah Samboja ini jauh lebih mudah dijangkau dari Balikpapan atau Samarinda.

Di desa tersebut terdapat 4.500 jiwa atau lebih dari 1.600 kepala keluarga tersebar. Mereka tersebar di 15 RT yang mendiami luas sekitar 117 kilometer persegi.

 

Sanipah merupakan desa yang kaya sumber daya alam. Dua perusahaan minyak dan gas bumi beroperasi di sana, yaitu Total E&P Indonesia yang mengoperasikan sumur Bekapai dan Peciko di lautan dan Vico Indonesia yang mengoperasikan sumur Mutiara di daratan.

 

Selain itu, Pertamina pun beroperasi di sana. Belum lagi saat booming bisnis batu bara. Desa Sanipah menjadi kawasan sibuk bagi para kontraktor, perusahaan eksploitasi, dan parkir alat berat.

Ironisnya, meski banyak bercokol perusahaan besar pengeruk sumber daya, desa ini seperti tertinggal. Bahkan penyaluran air bersih hasil olahan perusahaan pemerintah saja hanya masuk ke satu dari belasan RT yang ada.

Gemas pada kondisi ini, warga berinisiatif memaksa, khususnya pada perusahaan migas yang sudah lebih dulu ada di sana. “Semula warga merasa Total (TEPI) masih kurang berperan bagi kehidupan masyarakat. Kita ajukan permintaan air bersih,” kata Takdir, salah satu ketua dari Yapenmas.

TEPI sejatinya telah melaksanakan sejumlah program penampungan air bersih di Sanipah sekitar tahun 2000. Dana miliaran telah digelontorkan. Namun warga tetap kesulitan air. Keinginan memeroleh air bersih tertunda hingga dua tahun kemudian, saat Yapenmas berdiri.

Yapenmas berdiri di 2002. Mereka ini yang kemudian mengelola bantuan TEPI untuk pembangunan sumur bor dengan kapasitas 5 liter/detik, pengolahannya, penampungan, hingga jaringan pipa sampai ke pelanggan.

Pembangunan terwujud. Yayasan pun bisa menyalurkan air bersih bagi 175 sambungan di tahap awal operasi mereka. Warga senang penyaluran air bersih ini meski mengganti ongkos pemasangan Rp 125.000.

“Sekarang, biaya pasangnya Rp 1.000.000 per pelanggan, untuk meteran dan jaringan pipa,” kata Sopiansyah.

Harga pemasangan saluran air ke tiap rumah ini jauh lebih murah dibanding Rp 1,5 juta untuk biaya pasang jaringan PDAM.

Dari waktu ke waktu, sambutan warga semakin besar. Pelanggan memanfaatkan air antara 5 hingga 15 kubik air per rumah tangga. Selain kebutuhan air bersih, warga diuntungkan dengan harga air yang murah.

Semula, pemakaian 10 kubik air dikenakan Rp15.000. Kini, warga membayar Rp 20.000 untuk pemakaian 10 kubik air. Pemakaian lebih dari 10 kubik dikenai Rp 3.000 per kubik.

“Sebelum ada Yapenmas ini, warga beli air dari mobil tanki, cukup besar biayanya. Kadang antre lama, sementara kebutuhan mendesak. Dulu bisa keluar uang Rp 300.000 tiap bulan untuk membeli air,” kata Noorbaeti.

 

Kini, setelah beroperasi lebih dari 15 tahun, Yapenmas memiliki pelanggan 700 sambungan tersebar di 10 RT. Pendapatan kotor yayasan dari usaha air bersih ini Rp 30 juta per bulan.

Setelah dikurangi dengan biaya operasional, berupa upah tiga karyawan, dua teknisi, hingga sewa lahan, kira-kira tersisa Rp 10 juta hingga Rp 15 juta sebagai keuntungan bersih.

“Modal (aset) semuanya sudah Rp 600 juta. Kini, saldo kami hingga Rp 100 jutaan. Kami juga sudah tidak menggantungkan harapan pada TEPI,” ungkap Takdir.

Dari semua aset tersebut, yayasan memutuskan untuk ekspansi dengan membeli lahan di Jalan Gunung Pasir pada 2014 lalu. Di lahan hampir 2.000 m2 itu, yayasan ini membangun sumur dan instalasi pengolahan baru.

Hidayatullah, Kepala Layanan CSR TEPI untuk Lingkungan, Kesehatan, dan Filantropi, mengungkapkan, terdapat 26 desa di wilayah operasi migas TEPI bisa memperoleh sarana air bersih yang sama.

TEPI terlibat dalam pembangunan sarana air bersih di banyak desa lingkungan operasi mereka sebagai bagian dari upaya mendukung operasi di kawasan itu.

Pembangunan sarana air bersih ini, mengantar TEPI menerima gold award berurutan, baik dari Indonesia CSR Award 2014, Kukar CSR Award 2015, GPMB Award 2015, dan di Indonesia Green Award 2015 dan 2016.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com