Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pande" Besi Terakhir di Kampung Pandean...

Kompas.com - 07/05/2017, 12:30 WIB
Slamet Priyatin

Penulis

Kampung seluas sekitar 1,5 kilometer tersebut telah menjadi pusat jual-beli HP sejak 2005.

"Sepanjang kampung ini, telah berdiri rumah toko penjual handphone. Masyarakatnya banyak yang pindah. Yang masih bertahan di sini, sudah bekerja di pabrik, perkantoran atau dagang,” kata Mukhorobin.

Suami Jumiatun (55) ini menjelaskan, dirinya lahir dari keluarga kurang mampu. Ayahnya bekerja sebagai seorang pande di rumah pandai besi milik warga bernama Mukri.

Sebab, orangtuanya tidak punya modal untuk membuat tempat pandai besi. Setelah selesai sekolah dasar, tambah Mukhorobin, dirinya kemudian ikut bekerja bersama ayahnya.

"Hingga akhirnya ayah saya dan Pak Mukri meninggal dunia. Anak-anaknya Pak Mukri tidak ada yang melanjutkan usaha ini. Lalu saya yang disuruh pegang, dengan perjanjian bagi hasil," tuturnya.

(Baca juga: Tanggomo, Tradisi Lisan Gorontalo yang Makin Sulit Ditemukan)

Alat sederhana

Tempat kerja Mukhorobin ini berukuran 4x5 meter. Sebagian besar dindingnya terbuat dari kayu. Sedang atapnya dari genteng.

Di dalam ruang kerja itu, ada tungku, ububan (yang terbuat dari paralon setinggi 1 meter dan berdiameter 10 cm, serta diberi alat untuk memompa), palu besar, dan arang.

Jarak tungku dan ububan sekitar 2 meter. Di bawahnya diberi paralon kecil, yang menghubungkan tungku dan ububan tersebut. Tungku berfungsi sebagai pemanggang besi dan ububan sebagai pompa angin .

"Sistem kerjanya, tungku diberi arang, lalu ububan dipompa untuk mendapatkan angin. Sehingga, tungku yang sudah diberi arang itu bisa terbakar. Setelah ada api, besi yang mau dibuat untuk pacul, arit atau parang, dibakar," ujarnya.

Setelah besi menganga, kata Mukhorobin, dipukul berkali–kali dengan palu, hingga gepeng. Lalu dibakar lagi dan dipukul lagi, hingga gepeng dan membentuk pacul, arit, atau parang.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com