Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjajaki Kemungkinan Duet Ridwan Kamil-Dedi Mulyadi

Kompas.com - 05/05/2017, 08:16 WIB
Irwan Nugraha,
Reni Susanti,
Dendi Ramdhani,
Putra Prima Perdana

Tim Redaksi

JAWA BARAT, KOMPAS.com – Perhelatan Pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat tahun 2018 masih cukup lama. Namun sejumlah tokoh sudah mulai muncul untuk meramaikan bursa pencalonan untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur.

Ada 13 nama yang kini mencuat dan sebagian sudah populer menurut sebuah survei Indonesia Strategic Institute (Instrat). Mereka antara lain Deddy Mizwar (94), Dede Yusuf (89,7 persen), Desy Ratnasari (86,9 persen), Ridwan Kamil (80,4 persen), Rieke Diah Pitaloka (69,2 persen), Dedi Mulyadi (57,6 persen), Netty Heryawan (26,5 persen), Uu Ruzhanul Ulum (24,3persen), Puti Guntur Soekarnoputri (19,3 persen), Bima Arya Sugiarto (18,3 persen), TB Hasanudin (8,3 persen), Tate Qomarudin (6,1 persen), dan Haris Yuliana.

Baca juga: Ini Tiga Bakal Calon Kuat Gubernur Jabar Versi Instrat

Namun dari 13 tokoh itu, tiga terbesar yang populer di publik untuk bakal bakal calon Gubernur Jabar adalah Ridwan Kamil, Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi.

Lalu muncul wacana untuk pemasangan dua bakal calon Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi. Ridwan Kamil yang resmi diusung Partai Nasdem menjadi bakal calon Gubernur Jabar sedang mempertimbangkan Dedi Mulyadi untuk mendampingi wali kota Bandung tersebut.

Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Partai Nasdem Jawa Barat, Saan Mustopha mengatakan wacana duet Ridwan Kamil-Dedi Mulyadi berdasarkan pertimbangan geo politik.

"Secara Politik Dedi punya basis di utara. Jadi ada kombinasi utara sama priangan. Ini kombinasi yang pas dari segi geo politik," kata Saan melalui ponselnya, Kamis (4/5/2 017).
Selain itu, Saan mengatakan Partai Nasdem juga butuh partai lain untuk berkoalisi mengusung Ridwan Kamil.

"Salah satu yang kota harapkan bisa koalisi. Ini kan masih panjang, pendekatan komunikasi terus dibangun dengan baik," ucapnya.

Baca juga: Nasdem Ingin Duetkan Ridwan Kamil dengan Dedi Mulyadi

Sebaiknya dihindari

Pengamat Politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof Dede Mariana berpendapat, pemasangan Ridwan Kamil dengan Dedi Mulyadi di Pilkada Jabar 2018 sebaiknya dihindari.

Sebab, kata Dede, jika melihat perjalanan keduanya selama ini dalam memimpin kota/kabupaten, masing-masing kerap diterpa isu-isu primordial dan sektarian, padahal, keduanya hanya bermaksud menonjolkan sisi nasionalisme. Dengan demikian, jika kedua tokoh itu dipasangangkan, maka kemungkinan menang Pilkada Jabar kecil 

“Kecuali mereka berdua dengan timnya mampu mengemas dan meminimalkan prasangka-prasangka negatif tersebut,” ucapnya.

Dede mengatakan, isu primordial atau politik identitas seperti agama dan etnik bisa saja muncul di Jabar. Karenanya, isu ini harus dihindari.

Baca juga: Bawaslu Jawa Barat Cegah Isu SARA "Mampir" di Pilkada Jabar 2018

Isu lain yang harus diwaspadai adalah isu kesenjangan desa kota dan kemiskinan yang masih tinggi. Karena isu ini rentan memicu apatisme.

Meski berat, namun bukan tidak mungkin mereka disatukan. Asalkan mereka bisa melakukan rebranding dan meyakinkan publik bahwa mereka berdualah harapan baru untuk memimpin Jabar. “Tentunya dengan segala plus minusnya,” ungkapnya.

Selain itu, keduanya harus mau berbagi. Misalnya, Ridwan Kamil untuk wilayah kota dan Dedi di daerah kabupaten.

“Terus mereka harus sepakat siapa yang akan jadi gubernur dan wagub, tanpa melihat kursi parpol yang mendukungnya, kecuali melihat kinerja masing-masing,” imbuhnya.

Beratnya pemasangan Ridwan Kamil dengan Dedi Mulyadi untuk Pilkada Jabar 2018 juga disampaikan Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jawa Barat, Abdi Yuhana.

Abdi ‎mengatakan, pasangan Ridwan Kamil-Dedi Mulyadi bakal tidak mungkin terjadi. "Tidak mungkin‎, sangat kecil kemungkinan," kata Abdi saat dihubungi melalui ponselnya, Kamis (4/5/2017).

Abdi mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih menjalin komunikasi dengan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil untuk diusung dalam Pilkada Jawa Barat 2018. Namun keputusan mutlak tetap berada di DPP.

"Muaranya tetap di DPP dan Belum ada keputusan dari DPP. Tapi kita tetap membangun komunikasi," kata Abdi saat dihubungi melalui ponselnya, Kamis (4/5/2017).

Menurut Abdi, apabila nantinya PDI-P mengusung Ridwan Kamil untuk maju sebagai bakal calon Gubernur Jawa Barat, maka wakilnya harus berasal dari kader PDI-P. Pasalnya, PDI-P adalah satu-satunya partai politik yang memiliki kursi paling banyak di DPRD Jawa Barat dengan keuntungan bisa mengajukan bakal calon gubernur tanpa koalisi dengan partai manapun.

Baca juga: Bisa Usung Sendiri, PDI-P Pilih Berkoalisi di Pilkada Jabar

Artinya, lanjut Abdi, jika Ridwan Kamil bersanding dengan Dedi Mulyadi, maka dengan kata lain tidak ada kader PDI-Perjuangan yang ‎diusung dalam Pilkada Jawa Barat. Kerugian untuk PDI Perjuangan.

Fokus poros Jabar

Sementara itu, Dedi Mulyadi enggan berkomentar banyak soal kemungkinan dirinya disandingkan dengan Ridwan Kamil. Dia mengatakan, saat ini ia masih fokus bekerja sebagai Bupati Purwakarta. Selain itu, sebagai ketua partai, ia kini sedang sibuk mempersiapkan Pilkada Serentak Tahun 2018.

"Saya pikir untuk pilgub, kita harus memperkuat dulu rumahnya yang kokoh baru nanti orangnya (bangun dulu kekuatan partai untuk mencalonkan diri)," ungkap dia.

"Sekarang ini harus ditempuh dulu secara mekanisme kepartaian kalau berbicara itu (pemasangan), apalagi yang memutuskan adalah DPP partainya. Sekarang ini hasil Rapimda sedang dalam penyelesaian mekanisme partai,” kata dia.

Selama ini, Dedi mengaku terbuka apabila ada yang ingin membangun Jawa Barat dengan mempersatukan visi membuat daerah ini maju.

Seperti diketahui Partai Golkar, Partai Hanura, PAN dan PKB selama ini terus berkomunikasi dan memperkuat sinyalemen membangun Koalisi Poros Jabar.

Baca juga: Golkar Buka Peluang Partai Lain Gabung ke Poros Jawa Barat

“Kalau sekarang ini saya lebih tertarik diskusi atau dialog, apalagi hari ini kita masih tahap persamaan visi. Jadi kita belum membicarakan calon yang penting dalam Poros Jabar bisa hasilkan visi untuk membangun Jawa Barat," tambah Dedi.

Selama ini, sosok Dedi Mulyadi seakan menjadi kunci penentu dalam pencalonan di Pilgub Jabar. Soalnya sampai sekarang dirinya masih belum mendeklarasikan diri meski pengurus partainya di Jabar telah mengusungnya sesuai hasil Rapimda di Karawang dua pekan lalu.
Emil tak keberatan

Tak keberatan

Di bagian lain, Ridwan Kamil menyatakan tak keberatan jika dirinya disandingkan dengan Dedi Mulyadi. Selama respons masyarakat baik, pria yang akrab disapa Emil ini siap berpasangan dengan siapapun.

"Saya mah tidak ada masalah dengan siapa saja. Tapi dalam politik bukan soal si pasangannya bisa, tapi respons masyarakat bagaimana itu kan," ujar Emil di Pendopo Kota Bandung, Jalan Dalemkaum, Rabu (4/5/2017).

Sebelumnya, Emil menjelaskan, bahwa dia mencari calon wakil gubernur yang punya elektabilitas dan popularitas. Namun, siapapun calon pasangannya ia tetap harus mempertimbangkan respons dari masyarakat.

"Saya gak suka anti-anti, benci-benci, saya gak begitu. Tapi dalam politik siapa dipasangkan dengan siapa harus dites ke pasar. Posisi nomor satu, nomor dua harus di tes ke pasar. Itu bisa beda, cocok pasanganya ketika digeser posisinya satu jadi dua atau dua jadi satu bisa beda. Jadi artinya gak ada problem tapi harus dicek respons masyarakatnya," tuturnya.

Baca juga: Nasdem Sebut Banyak Calon Ingin Mendampingi Ridwan Kamil

Hingga saat ini, Emil mengaku banyak mendapat tawaran sosok calon wakil gubernur baik dari kalangan independen maupun kader partai. Namun, hingga kini ia belum memutuskan siapa sosok pendampingnya.

"(Yang menawarkan jadi Cawagub) banyak, lebih dari enam ada‎. Dua-duanya ada (independen dan dari partai)," jelasnya.

Kompas TV Seberapa Besar Peluang untuk Diusung di Pilkada Jabar 2018?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com