Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanah Hibah Ditarik Anak-anak Pemiliknya, Sekolah Dasar Disegel

Kompas.com - 02/05/2017, 19:49 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Siswa SD Negeri 3 Puruk Cahu Seberang, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, harus pulang lebih awal, Selasa (2/5/2017).

Tepat di Hari Pendidikan Nasional itu, empat ruang kelas mereka disegel, akibat proses jual-beli lahan di sekolah itu belum tuntas.

"Tadi datang semua, langsung dipulangkan. Hanya kasih pengarahan libur karena hari Kamis (4/5/2017) nanti ada Ujian Sekolah. 8 sampai 13 Mei masuk, ada ulangan semester untuk kelas satu sampai kelas lima," ujar Rukmiati, Kepala SDN 3 Puruk Cahu Seberang, pada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (2/5/2017) sore.

Lahan di sekolah itu memang bermasalah. Awalnya, tanah itu berstatus milik Barhamsyah, yag dihibahkan untuk pihak sekolah. Namun, belakangan ahli waris Barhamsyah mencabut kembali status hibah itu.

"Anaknya yang mencabut hibah abahnya. Lalu dia minta ganti rugi tanah tempat sekolah itu dibangun. Surat penarikan hibah itu sudah ditandatangani oleh kepala dinas, juga oleh kelurahan," tutur Rukmiati.

Ruang kelas disekat Akibat sebagian lahan di sekolah itu disegel, para siswa yang jadi korban. Praktis, kini hanya tersisa satu unit gedung yang terdiri dua kelas, yang bisa dipakai.

"Ulangan nanti ruangan disekat saja. Di dalamnya disekat jadi dua kelas. Jadi dua ruang itu jadi empat kelas," kata kepala sekolah yang mengasuh sebanyak 126 siswa itu.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Murung Raya, Ingatno mengatakan persoalan ini sudah selesai.

"Tanah itu kami kembalikan kepada pemiliknya. Karena kita enggak bisa mengikuti nilai harga yang ditawarkan oleh pihak pemilik lahannya. Mereka mintanya Rp 150.000 per meter persegi. NJOP (nilai jual objek pajak) hanya Rp 80.000," ujarnya, Selasa (2/5/2017) sore.

Dia pun tak menganggap kejadian ini akan menghambat proses belajar-mengajar.

"Karena siswanya kan sedikit. Dibagi saja ruangannya. Makanya saya katakan sudah selesai masalahnya," tegasnya.

(Baca juga: Sekolah Rusak, Bocor Setiap Hujan, tetapi Belajar Jalan Terus)

Ingatno menjelaskan, pihaknya akan membangun sekolah di lokasi yang baru sebagai pengganti melalui APBD perubahan.

"Di lokasi yang baru itu enggak ada ganti ruginya. Dihibahkan oleh warga masyarakatnya."

Sementara itu, Tasmi Rudiannor, anak dari Barhamsyah mengaku belum mengetahui bila pihak Pemkab Murung Raya akan membatalkan membeli lahan yang seluas 2,5 hektare itu.

"Kalau benar mereka enggak beli, kami enggak gantung. Tolong bongkar sekolahnya. Berarti kita ambil sewa selama ini," ujarnya melalui sambungan telepon, Selasa petang.

Hibah sepihak

Dia menjelaskan, hibah tanah yang dilakukan ayahnya dulu merupakan hibah sepihak.

"Kami anak-anaknya enggak ada yang tanda tangan. Biasanya bapak kalau benar-benar dia menghibah, semua ke anaknya, sampai ke yang enggak bisa tanda tangan, ada. Paling enggak, cap jempol," ungkapnya.

Tasmi juga mengkritik pihak Pemkab Murung Raya, yang untuk sejumlah kasus pembebasan lahan, cepat prosesnya. Bahkan kata dia dengan harga yang sangat jauh lebih mahal dari NJOP.

"Tanah-tanah baru yang belum dibangun sudah diganti rugi. Karena yang di dalamnya yang punya pejabat. Terus kerabat mereka. Semakin cepat. Tapi kita kok lambat. Karena kita masyarakat biasa mungkin," kata dia.

Puruk Cahu merupakan ibu kota Kabupaten Murung Raya yang berdiri pada 2002. Sebelumnya, wilayah ini masuk dalam wilayah Kabupaten Barito Utara.

Setelah menjadi ibu kota kabupaten baru, untuk kebutuhan pelayanan publik, Pemkab Murung Raya memang banyak melakukan pembebasan lahan.

"Di seberang banyak tanah yang dihibah, tanah kami semua. Polres, Kejaksaan, Kodim, puskesmas, SMK semua dihibah. Dan enggak ada kami menggugat," kata Tasmi.

Dia menjelaskan, penyegelan dilakukan karena Pemkab Murung Raya tak kunjung memberikan kepastian soal jual-beli lahan di sekolah itu.

Awal April lalu, dia sudah menyegel sekolah itu dengan tempelan kertas. Namun, hampir sebulan tak dapat kepastian, ia kemudian memutuskan menyegel empat ruang kelas itu dengan kayu. Setelah penyegelan, Tasmi meminta maaf pada pihak sekolah melalui akun Facebooknya.

 

 

Kompas TV Pemberlakuan metode terapi kesehatan dengan cara disetrum dilakukan oleh pihak sekolah di kota Malang, Jawa Timur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com