Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Macan Mati di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi

Kompas.com - 20/04/2017, 10:24 WIB

Toto mengemukakan terkait tindakan yang akan diambil apabila terjadi kematian satwa di kebun binatang, maka perlu diketahui terlebih dahulu penyebab kematian itu.

"Apabila karena usia yang sudah tua, mau bagaimana lagi. Kecuali bila nutrisi tidak pas atau kelalaian lain, maka kami akan beri teguran karena BKSDA juga punya kegiatan melakukan evaluasi terhadap lembaga konservasi di Sumatera Barat," katanya.

Evaluasi yang dilakukan terhadap lembaga konservasi, di antaranya meliputi kondisi kandang, kondisi pakan, keramahan sumber daya manusia yang bertugas terhadap satwa, dan evaluasi terhadap manajemen.

"Sejauh ini dari evaluasi yang telah dilakukan, TMSB Kinantan masih lebih baik dari tiga lembaga konservasi lain yang ada di Sumatera Barat," ujarnya.

Baca juga: Cerita di Balik Patung Harimau Lucu di Cisewu

Pihaknya akan mengecek hasil rekam medis dari anak macan dahan itu terlebih dahulu, untuk dapat memastikan penyebab kematiannya.

Kematian anak macan dahan itu menyebabkan berkurangnya koleksi satwa di TMSB Kinantan Bukittinggi yang saat ini tercatat berjumlah 570 ekor.

Pada Desember 2016, TMSB Kinantan telah mendapat tambahan koleksi satwanya dengan mendapat anak harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan macan dahan.

Kepala Bidang TMSBK Ikbal saat itu mengatakan tambahan satwa tersebut dalam kondisi sehat dan di bawah pengawasan ketat petugas TMSBK.

Tambahan itu hasil kelahiran anak harimau sumatera yang terjadi pada 14 November 2016, terdiri atas dua ekor betina dan satu ekor jantan.

Kelahiran tiga anak harimau ini berasal dari induk yang sama yang melahirkan pada awal Januari 2016, yakni Sean dan induk jantan Bancah. Total kini ada delapan ekor harimau sumatera di TMSBK.

Kelahiran macan dahan disebutnya sebagai tergolong istimewa karena biasanya tidak ada yang lahir di penangkaran. Di tempat itu, sudah terjadi dua kali kelahiran macan dahan.

Kelima satwa tambahan itu dibiarkan tumbuh secara alami bersama induknya. Artinya, petugas tidak campur tangan kecuali untuk pemberian obat dan nutrisi tertentu untuk menjaga kondisi satwa tetap sehat.

"Berdasarkan pengalaman kelahiran satwa sebelumnya, sekarang kami tidak lagi memberi kesempatan adanya interaksi antara bayi harimau dengan pengunjung. Tujuannya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi," katanya.

Terkait dengan perawatan setelah kelahiran dua satwa itu, pihaknya memberikan tambahan asupan gizi bagi induk, sepeti vitamin dan susu agar kondisi tetap baik.

Baca juga: Misteri Keberadaan Macan Tutul di Hutan Merapi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com