Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Macan Mati di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi

Kompas.com - 20/04/2017, 10:24 WIB

BUKITTINGGI, KOMPAS.com - Seekor anak macan dahan (Neofelis diardi), mati di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan, Bukittinggi, Sumatera Barat, Senin (17/4/2017) malam.

Padahal, TMSB Kinantan merupakan tempat perlindungan bagi aneka satwa koleksi di salah satu kebun binatang di Pulau Sumatera ini.

Kepala Bidang TMSBK Bukittinggi Ikbal menyebutkan, tiga hari sebelum kematian, anak macan dahan itu sudah menunjukkan kondisi kesehatan kurang stabil.

Saat itu, pihaknya langsung mengevakuasi dan mengarantina anak macan dahan itu di klinik. Pihaknya juga melakukan pengobatan serta pemberian tambahan vitamin hingga Minggu (16/4/2017) sore.

"Setelah itu kondisinya tampak kembali pulih," ucapnya.

Baca juga: TNBTS Pasang Kamera Trap untuk Rekam Harimau Jawa

Akan tetapi, pada Senin (17/4/2017) siang, kondisi kesehatan anak macan dahan berusia empat bulan tersebut kembali menurun sehingga pihak medis memberikan pengobatan dan infus. Namun, akhirnya anak macan itu mati pada malam harinya, sekitar pukul 20.30 WIB.

Satwa tersebut, sebut dia, pernah jatuh pada 31 Maret 2017 saat sedang bermain bersama seekor anak macan dahan lainnya dan sedang belajar memanjat di kandang.

"Setelah terjatuh memang menunjukkan kondisi diam dan terkejut, namun tidak lama kembali normal," katanya.

Hingga saat ini, pihak pengelola TMSB Kinantang belum dapat memastikan penyebab kematian anak macan dahan itu karena untuk mengetahuinya perlu pembedahan.

Menurut dia, karakter macan dahan yang suka memanjat saat umurnya empat bulan, termasuk dalam usia yang rawan.

Atas kematian itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat langsung menurunkan tim ke TMSB Kinantan untuk melakukan investigasi.

Baca juga: MUI Lebong Lawan Perburuan Harimau Sumatera dengan Fatwa

Sebelumnya, BKSDA Sumatera Barat mendapat laporan tentang kejadian itu.

"Sehingga kami turunkan tim," sebut Kepala BKSDA Sumbar Toto Indraswanto.

Tim lalu mengumpulkan data dan fakta terkait dengan kematian satwa koleksi TMSB Kinantan.

"Kami masih tunggu bagaimana hasil autopsi dari dokter yang ada di kebun binatang itu," katanya.

Toto mengemukakan terkait tindakan yang akan diambil apabila terjadi kematian satwa di kebun binatang, maka perlu diketahui terlebih dahulu penyebab kematian itu.

"Apabila karena usia yang sudah tua, mau bagaimana lagi. Kecuali bila nutrisi tidak pas atau kelalaian lain, maka kami akan beri teguran karena BKSDA juga punya kegiatan melakukan evaluasi terhadap lembaga konservasi di Sumatera Barat," katanya.

Evaluasi yang dilakukan terhadap lembaga konservasi, di antaranya meliputi kondisi kandang, kondisi pakan, keramahan sumber daya manusia yang bertugas terhadap satwa, dan evaluasi terhadap manajemen.

"Sejauh ini dari evaluasi yang telah dilakukan, TMSB Kinantan masih lebih baik dari tiga lembaga konservasi lain yang ada di Sumatera Barat," ujarnya.

Baca juga: Cerita di Balik Patung Harimau Lucu di Cisewu

Pihaknya akan mengecek hasil rekam medis dari anak macan dahan itu terlebih dahulu, untuk dapat memastikan penyebab kematiannya.

Kematian anak macan dahan itu menyebabkan berkurangnya koleksi satwa di TMSB Kinantan Bukittinggi yang saat ini tercatat berjumlah 570 ekor.

Pada Desember 2016, TMSB Kinantan telah mendapat tambahan koleksi satwanya dengan mendapat anak harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan macan dahan.

Kepala Bidang TMSBK Ikbal saat itu mengatakan tambahan satwa tersebut dalam kondisi sehat dan di bawah pengawasan ketat petugas TMSBK.

Tambahan itu hasil kelahiran anak harimau sumatera yang terjadi pada 14 November 2016, terdiri atas dua ekor betina dan satu ekor jantan.

Kelahiran tiga anak harimau ini berasal dari induk yang sama yang melahirkan pada awal Januari 2016, yakni Sean dan induk jantan Bancah. Total kini ada delapan ekor harimau sumatera di TMSBK.

Kelahiran macan dahan disebutnya sebagai tergolong istimewa karena biasanya tidak ada yang lahir di penangkaran. Di tempat itu, sudah terjadi dua kali kelahiran macan dahan.

Kelima satwa tambahan itu dibiarkan tumbuh secara alami bersama induknya. Artinya, petugas tidak campur tangan kecuali untuk pemberian obat dan nutrisi tertentu untuk menjaga kondisi satwa tetap sehat.

"Berdasarkan pengalaman kelahiran satwa sebelumnya, sekarang kami tidak lagi memberi kesempatan adanya interaksi antara bayi harimau dengan pengunjung. Tujuannya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi," katanya.

Terkait dengan perawatan setelah kelahiran dua satwa itu, pihaknya memberikan tambahan asupan gizi bagi induk, sepeti vitamin dan susu agar kondisi tetap baik.

Baca juga: Misteri Keberadaan Macan Tutul di Hutan Merapi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com