Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Kakek Ini Generasi Terakhir Pembuat Payung Kertas

Kompas.com - 18/03/2017, 13:51 WIB
Slamet Priyatin

Penulis

Untuk pengerjaan mengelem kertas ke jari-jari payung dari bambu ini dilakukan pada malam hari. Sebab kalau siang hari, hasilnya jelek dan daya rekatnya kurang, karena terkena panas matahari.

“Lem perekat yang kami pakai buatan sendiri, dari bahan-bahan tradisional,“ katanya.

Mangkin menjelaskan, setelah payung kertas jadi, lalu dilukis. Warna dan corak lukisannya tergantung pemesannya. Biasanya gambar hewan, daun atau bunga.

“Yang melukis Kang Dahlan. Dia memang jago,“ katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, Agus Rifai, mengatakan, pihaknya akan berupaya mempertahankan budaya payung kertas. Menurutnya, payung kertas adalah warisan nenek moyang. Sangat disayangkan kalau warisan itu sampai hilang.

“Kami akan melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah . Ini bisa dijadikan pelajaran keterampilan,” ujarnya.

Agus menambahkan, pihaknya akan menghubungi Dinas UMKM supaya bisa ikut membantu permodalan dan pemasarannya.

“Nanti kalau ada pameran UMKM biar diikutkan,” jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com