Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasang Surut Kopi Merapi

Kompas.com - 17/03/2017, 10:28 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

 

Melihat situasi itu, Sumijo berpikiran bahwa di bisnis kopi, petani tidak diperlakukan secara adil. Petani bersusah payah menghasilkan kopi, tetapi ketika panen harga jualnya murah. Sementara kopi-kopi kemasan di warung-warung harganya stabil dan justru cendrung naik.

"Saya amati, yang banyak menikmati hasilnya justru di sisi pasca-panennya, di pembuatan bubuknya maupun siap saji, seperti kedai atau kafe kopi," bebernya.

Samijo lantas mencoba menyiasati agar harga kopi dari petani dapat terangkat. Pada tahun 2002, Sumijo menginisiasi Kelompok Usaha Bersama (KUB) bernama Kebun Makmur.

"2004 kami melakukan uji coba pengolahan untuk pasca-panen. Dari berbagai percobaan, kita akhirnya menyimpulkan tetap bermain di kopi murni," tandasnya.

Hanya saja guna meningkatkan nilai ekonomis, selain menjual biji kopi kering, KUB juga menjual kopi serbuk dalam bungkus kiloan dan sachet, baik kopi Merapi jenis Arabika maupun Robusta.

"Ada juga biji kopi Merapi yang untuk kecantikan, yang khusus untuk terapi," tegasnya.

Pada tahun 2006, kopi Merapi mendapatkan Sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI). Bahkan produk para petani kopi Merapi berhasil menyabet SNI Award dan penghargaan dari presiden.

"Tahun 2007 kami tidak menyangka bisa mendapat SNI Award, tahun 2008 dan 2009 kami mendapat penghargaan dari presiden. Tahun 2008, dari awalnya KUB berubah menjadi koperasi ," tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com