Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semangat Tertib Suratmo, Si Pembuat Wayang Karton

Kompas.com - 09/03/2017, 07:17 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

Seusai di bengkel Teater, Tertib lantas mendaftarkan diri dan diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ia bertugas di SMP Piyungan sebagai pustakawan. Dari Piyungan, Tertib meminta mutasi dan ditempatkan di SMP 16 Kota Yogyakarta.

"Di SMP 16 itu ada karya saya,Wayang Gunungan Pendidikan. Jadi di Gunungan itu ada gambaran mulai SD, SMP, SMA/SMK, terus universitas," ujarnya.

Di masa pensiunnya, ia mengaku sempat merasakan putus asa. Sebab tidak ada aktivitas pekerjaan lagi. Ia hanya membuat wayang dari karton sebagai koleksi pribadi.

"Kenapa tidak wayang kulit, ya pertama karena saya tidak punya modal. Selain itu kan perlu belajar lagi kalau wayang asli, karena tidak asal pembuatanya," ucapnya.

Tahun 2010, seorang warga yang mengetahui jika dirinya membuat wayang dari karton mengajak untuk ikut pameran di event tahunan Pasar Kangen di Taman Budaya Yogyakarta (TBY).

Berawal dari pameran itulah, Tertib mulai fokus membuat wayang dari bahan karton.

"Saya diajak pameran, jadi ya jalannya di buka sama yang Maha Kuasa. Dari 2010 itu saya mulai serius membuat wayang dari karton, semua karakter wayang saya bisa," jelasnya.

Ia pun mulai mengikuti berbagai pameran baik di DIY maupun Jawa Tengah. Setiap kali mengikuti pameran, Tertib selalu memajang semua bahan yang digunakannya mulai dari cat, kuas, karton hingga tatah. Tujuannya lebih pada edukasi, agar pengunjung tahu bahan-bahan dan alat yang digunakannya.

"Di setiap saya ikut pameran, pasti ada yang beli," ucapnya.

Tertib menjelaskan, proses membuat wayang diawali dengan membuat sketsa karakter tokoh pada karton. Untuk model wayang yang berukuran besar, karton harus dirangkap dua agar kuat. Setelah itu ditatah sesuai garis sketsa.

Terakhir adalah menyungging atau mewarnai wayang. Seperti halnya menatah, proses mewarnai ini juga perlu ekstra ketelitian.

"Kalau pesanan, saya buatnya beda, jadi lebih detail tatahannya dan warnanya. Sebisa mungkin mendekati wayang asli," ujarnya.

Proses pembuatan wayang dari karton, sebut dia, memakan waktu kurang lebih tiga hari. Namun bisa lebih lama, ketika pemesan menginginkan model yang mendekati sama dengan wayang asli. Sebab wayang asli pengarapanya lebih detail. Apalagi seluruh proses pembuatan, mulai dari sketsa, menatah hingga menyungging atau mewarnai ia kerjakan seorang diri.

Padahal seharusnya proses itu idealnya dikerjakan dua sampai tiga orang.

"Kalau semangat masih membara, tetapi tenaga dan stamina saya tinggal 50 persen, tidak seperti dulu. Pandangan mata juga jauh berkurang, jadi harus pelan-pelan," akunya.

Ia menyebutkan, sampai 2016 ini sudah banyak orang yang membeli wayang karton buatannya. Tidak hanya dari DIY hingga keluar kota, tetapi orang dari luar negeri juga pernah membeli wayang buatannya, seperti Ceko dan Kanada.

Mengenai harga, Tertib membanderol wayang yang besar seukuran wayang asli, senilai Rp 150.000. Sedangkan wayang yang kecil Rp 35.000.

"Pernah pas pameran di Solo , harganya masih di bilang terlalu murah. Katanya dengan karya yang detail dan bagus seperti ini, harusnya lebih mahal," ucapnya.

Apa yang dilakukanya saat ini tidak lain adalah untuk mengenalkan dan melestarikan wayang. Ia pun berusaha mengajak anak-anak dan remaja di kampusnya untuk belajar membuat wayang.

"Kemarin ada yang ke sini mau belajar, saya juga mengajak anak - anak di sini untuk mau belajar. Ya agar wayang tetap terus ada," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com