Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penderitaan Bayi Iftiyah akibat Terkena Virus Rubella

Kompas.com - 04/02/2017, 10:41 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

"Tindakan preventif harus digalakkan pemerintah. Virus ini efeknya bagi anak sangat fatal, kasihan kalau sampai menyerang ibu hamil," katanya.

Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Sumut, Hikmed mengatakan, pada 2018 nanti Sumatera Utara akan melakukan kampanye soal pencegan virus rubella. Sementara pada 2017 ini kampaye sedang berlangsung di pulau Jawa.

World Health Organization (WHO) menyatakan, harus dilakukan pencegahan massal dengan vaksin terhadap virus rubella. Perempuan yang mau menikah atau hamil divaksin minimal sebulan sebelum kehamilan. Vaksin juga harus dilakukan pada anak berusia 12 sampai 15 bulan.

Sekarang tahap sosialisasi dan penyuluhan ke kabupaten dan kota agar melaksanakan kampanye bersama pada 2018 nanti. Pemerintah diharapkan membuat anggaran kampanye melalui APBD atau Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

Kabupaten/kota juga harus menyiapkan data anak usia 12 sampai 15 bulan serta ibu yang mau berumah tangga. Vaksinasi massal di Indonesia dilakukan dengan waktu berbeda, untuk Jawa pada 2017 ini.

"Kalau sempat ibu menderita virus rubella, anak yang dilahirkan bisa cacat. Imunisasi massal menghindari terjadinya congenital rubella syndrom. Vaksinnya sudah dibuat untuk campak dan rubella. Kasus rubella ada di Indonesia, tapi tidak diketahui, baru diketahui setelah anak dilahirkan," ungkap Hikmed.

Kalau sudah divaksin, lanjut dia, bayi yang lahir cacat berarti bukan karena rubella. Ciri-ciri rubella bisa dilihat dengan adanya ruam warna merah muda khas. Diawali bintik-bintik yang bisa gatal, menyebar mulai belakang telinga, kepala, leher, kemudian bagian tubuh lain. Ruam biasanya berlangsung sampai seminggu.

Gejala lainnya adalah pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar telinga dan belakang kepala, badan panas dan menggigil.

"Virus rubella dapat menular dari orang yang terinfeksi batuk atau bersin, menyebar melalui kontak langsung dengan sekret pernapasan orang yang terinfeksi, seperti lendir atau ingus. Pencegahan awal adalah menjaga kebersihan dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com