“Saya cuma jualan rumput kering, biasa juga jualan sayur milik petani saat hari pasar. Tapi saya sudah tua dan tidak mampu lagi bekerja keras, tapi apa boleh buat tak ada yang bisa diharapkan,” ujar Bodo.
Bodo’ yang hanya fasih berbahasa Mamasa mengaku kerap mengutang ke sanak tetangga kampung di desanya jika persediaan beras di rumahnya tak ada lagi yang bisa dimasak unutk keluarganya.
Bodo’ mengaku kerap sakit-sakitan dan lututnya nyeri karena faktor usia, namun karena tak ada tulang punggung keluarga Bodo’ tetap terpaksa bekerja untuk menghidupi keluarganya.
Tak tersentuh bantuan
Meski sudah puluhan tahun bermukim di hutan Mamasa, keluarga Bodo’ tidak memiliki dokumen kependudukan yang sah. Mereka mengaku tidak bisa mengurus dokumen kependudukan karena kondisi kesehatan anggota keluarga masing-masing.
Keluarga dekat Bodo’ yang juga Kepala Desa Paladan, Marten, mengaku sudah menyampaikan kondisi kehidupan keluarga Bodo’ kepada aparat pemerintah daerah setempat namun hingga kini, tak ada perhatian.
Jangankan memberi bantuan sosial dan perawatan kepada keluarga Bodo', menurut Marten, petugas dinas sosial atau dinas kesehatan setempat tak pernah datang menjenguk.
“Saya sudah adukan kasus ini ke berbagai intansi pemerintah terkait, tetapi responsnya hingga kini belum ada. Padahal mereka sangat butuh uluran tangan pemerintah,” ujar Marten.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.