Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bosan Jadi TKI, Pemuda Ini Raih Penghasilan Berlipat dari Buah Naga

Kompas.com - 14/12/2016, 10:29 WIB
Junaedi

Penulis

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Kenyang menjadi buruh di Malaysia, Muliadi (35) kembali ke kampung halamannya untuk memulai usaha pertanian. Kini mantan tenaga kerja migran itu meraih hasil manis dari budidaya buah naga.

Muladi telah menyulap sebuah ladang di lereng pebukitan Desa Paku, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, menjadi areal kebun buah naga yang produktif.

Sebelumnya, lahan seluas satu hektar lebih itu hanya berupa hamparan rumput dan padang ilalang yang tidak memberikan pendapatan ekonomi apa pun.

Pengalaman Muladi bercocok tanam buah naga diperoleh saat ia merantau menjadi tenaga kerja di sebuah perusahaan perkebunan di Malaysia dan Kalimantan timur.

Setelah merasa memiliki bekal cukup, ia kembali ke tanah kelahirannya dan menggarap lahan terbengkalai milik orangtuanya.

Mulanya Mulyadi hanya menanam sejumlah pohon bibit naga yang ia peroleh dari perusahaan tempatnya bekerja pada 2013.

Tanaman itu kemudian dikembangkannya sendiri hingga lahan garapannya sudah dipenuhi tanaman buah naga. Memasuki Desember atau menjelang akhir tahun merupakan masa penantian bagi petani buah naga seperti Muliadi.

Permintaan buah naga yang tinggi menjelang akhir tahun membuat ia kewalahan memenuhi permintaan buah naga dari para konsumen. Permintaan biasanya meningkat tajam menjelang tahun baru China atau Imlek pada Februari.

Sejumlah pedagang besar dan swalayan ternama asal Makassar kini meminta Mulyadi menjadi pemasok buah naga. Pedagang lokal yang hendak mendapatkan buah naga kini terpaksa harus membuat daftar antrean untuk mendapatkan buah naga dari Mulyadi yang dipanen sekali seminggu.

Saat ini Mulyadi sudah memasarkan buah naga ke berbagai daerah lain, seperti Enrekang, Pinrang termasuk Polewali Mandar dan kota Makassar. Harga jual buah naga mencapai Rp 30.000 per kilogram atau Rp 10.000 per buah.

"Kalau ditimbang, dalam sekilo biasa naik timbangan dua hingga tiga buah. Tergantung besarnya," kata Mulyadi saat ditemui di sela-sela panen buah naga miliknya, Selasa (13/12/2016).

Dalam satu bulan, Mulyadi bisa tiga kali panen dan menghasilkan lebih dari 500 buah naga atau setara dengan 280 kilogram sekali panen.

Dengan harga jual buah Rp 30.000 per kilogram, pendapatan kotor yang diterimanya mencapai Rp 8,4 juta setiap bulan.

Penghasilan ini jauh lebih besar dibandingkan upah yang diterimanya saat menjadi buruh harian di Malaysia, yakni Rp 2,5 juta per bulan.

Mulyadi juga memanfaatkan internet untuk membuka pasar ke luar daerah. Ia juga melayani membuka penjualan di rumahnya di jalan Trans-Sulawesi, Kecamatan Binuang, tidak jauh dari jembatan timbang Desa Paku.

Menurut Mulyadi, membudidayakan buah naga agak gampang-gampang susah. Perlu kesabaran ekstra untuk menanam dan memelihara tanaman hingga bisa menghasilkan buah berwarna merah tersebut.

"Mulanya satu tahun saya kelola sampai mulai menghasilkan. Tanamannya kemudian saya kembangkan sampai hasilnya seperti hari ini," tutur Mulyadi.

Kini ia berusaha mengembangkan usahanya dengan memperluas lahan budi daya.

Menurut Mulyadi, buah naga memiliki keunggulan dibanding buah lain. Selain jarang ditemui di pasaran, buah naga memiliki sejumlah khasiat untuk kesehatan, seperti menurunkan berat badan, mencegah kanker, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mencegah diabetes melitus, menunda penuaaan dini, meningkatkan nafsu makan, serta mengobati batuk dan asma.

Buah naga memiliki sumber vitamin dan nutrisi untuk kesehatan seperti kandungan karbohidrat 11,5 gram, asam 0,139 gram, tingkat kemanisan 13-18 briks, air 90 persen, protein 0,53 gram, fosfor 8,7 miligram, magnesium 60,4 miligram, serat 0,71 gram, kalsium 134,5 miligram, dan vitamin C 9,4 miligram.

Buah dengan nama Latin Hylocereus undatus ini merupakan jenis kaktus. Buah naga atau dragon fruit berasal dari Meksiko dan Amerika tengah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com