Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Purun Pertahankan Kelestarian Alam

Kompas.com - 30/11/2016, 15:19 WIB
Irma Tambunan

Penulis

Puncak kegelisahan masyarakat adalah ketika hamparan rawa di wilayah itu dilanda kekeringan pada tahun lalu. Semaksemak purun begitu mudah tersulut api. Kebakaran luas pun tak terelakkan.

Kini, di wilayah Pedamaran hanya tersisa sekitar 300 hektar semak purun. Warga mulai kesulitan memperoleh bahan baku anyaman. Di tengah besarnya kebutuhan, warga harus membeli ke daerah tetangga. Harga seikat purun Rp 7.500 untuk mengolah empat lembar tikar.

Keresahan warga tak berhenti sampai di situ. Mengeringnya rawa-rawa menyebabkan populasi ikan tak berkembang. Pemanfaatan pupuk kimia yang meluas di perkebunan perusahaan bahkan mengakibatkan banyak ikan mati. Padahal, selama ini ikan merupakan salah satu sumber pangan masyarakat. "Perekonomian kami kini jadi terancam," ujar Alex.

Terkait persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat gambut, Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead dalam Jambore Masyarakat Gambut yang berlangsung di Kota Jambi, Sabtu (5/11)-Senin (7/11), mengatakan, pihaknya tengah mengintegrasikan program restorasi gambut dan alokasi dana desa.

Hal serupa dikatakan Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertentu Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Suprayoga Hadi. Mulai 2017, katanya, dana desa bisa dimanfaatkan masyarakat untuk membangun infrastruktur pendukung yang bertujuan memulihkan gambut, contohnya membangun sekat kanal, embung, sumur bor, revegetasi lahan, dan menyediakan peralatan pemadaman kebakaran. Alokasi dana total Rp 60 triliun atau sekitar Rp 4 miliar per desa.

Alex berharap integrasi itu dapat mengatasi ancaman kerusakan gambut di Pedamaran. Ia juga meminta agar pemerintah mengendalikan masuknya perkebunan monokultur. Jangan sampai kesejahteraan masyarakat hancur begitu saja oleh kerusakan ekosistem gambut.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 November 2016, di halaman 23 dengan judul "Tradisi Purun Pertahankan Kelestarian Alam".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com