Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Somba Opu, Ikon Tua yang Berkilau

Kompas.com - 14/11/2016, 10:40 WIB

KOMPAS.com - Berjalan di sepanjang satu kilometer Jalan Somba Opu di pusat Kota Makassar, Sulawesi Selatan, adalah menyusuri kilau emas. Di sepanjang sisi kiri-kanan jalan selebar enam meter ini adalah deretan pertokoan tua yang sebagian besar menjual emas.

Sebenarnya ada banyak toko dan kawasan penjualan emas di Makassar. Di Somba Opu sendiri, banyak juga toko peralatan musik dan olahraga ataupun kerajinan. Namun, ikon emas nyatanya telanjur menjadi milik Somba Opu.

Bahkan jika orang-orang mengenal Makassar sebagai salah satu tempat berbelanja emas terbaik di Nusantara, itu karena Jalan Somba Opu.

Kamis (10/11/2016), kawasan kecil nan padat ini tampak kian sesak. Separuh badan jalan dipenuhi deretan mobil yang terparkir. Kendaraan yang melintas harus bergerak lamban menggunakan separuh badan jalan yang tersisa. Trotoar sempit yang menyatu dengan bagian depan toko-toko dipenuhi hilir mudik orang yang berbelanja. Di trotoar ini pula, pembeli emas atau yang disebut pattimbang berjajar memasang meja kecil dengan seperangkat alat timbangan, siap membeli emas.

Adapun toko-toko emas berbentuk ruko umumnya berukuran lebar 3 meter dengan panjang 10 meter, berlantai dua hingga empat. Etalase kaca berisi beragam perhiasan emas umumnya di lantai satu. Begitu sesaknya kawasan ini dan kecilnya ruko, setiap etalase hanya berjarak 1-2 meter dari pintu masuk.

Kadar emas

Telah lama, Somba Opu jadi tempat membeli emas bagi warga Makassar atau Sulawesi Selatan. Sebagian besar pelancong ataupun orang yang sekadar transit atau melakukan pertemuan di Makassar juga akan membeli emas sebagai oleh-oleh. Bahkan, pelancong dari mancanegara pun kerap pulang membawa emas.

"Saya sudah lama mendengar tentang emas Makassar. Kualitas emasnya bagus, kadarnya juga tepat dan desainnya lumayan," kata Melati Dini Hari, warga Surabaya yang membeli beberapa buah gelang dan cincin saat mengikuti pertemuan nasional dokter anak di Makassar, beberapa waktu lalu.

Kadar emas memang menjadi salah satu keunggulan dari perhiasan emas yang dijual di Somba Opu. Umumnya emas yang dijual adalah emas 916. Sebagian menyebut dengan emas 88 dan 87,5 persen. Secara umum, emas yang dijual di Somba Opu adalah 22-23 karat. Kejujuran dalam kadar atau karat emas di pertokoan ini juga menjadi alasan mengapa orang berburu emas di Somba Opu.

Ridwan Sucipto (28), pemilik Toko Emas Remaja, mengatakan, pembeli dari luar negeri, terutama di luar Asia, kebanyakan berburu emas putih dan emas muda. Akan tetapi, pembeli lokal atau dari kota lain di luar Sulsel lebih memilih emas tua yang warnanya lebih kuning dengan desain klasik atau bunga.

"Kalau perhiasan buatan tangan, umumnya dikerjakan perajin di sini. Akan tetapi, kalau buatan pabrik, dari Surabaya. Namun, umumnya yang dicari adalah emas buatan tangan perajin di sini," katanya.

Tak hanya terkenal sebagai tempat membeli emas, kawasan ini juga menjadi tempat tujuan menjual emas. Malik (40), salah satu pattimbang, mengatakan, dalam sebulan, ia rata-rata bisa membeli emas dengan berat total 100-200 gram. Dari setiap gram, keuntungannya berkisar Rp 5.000 hingga Rp 10.000.

Katanya, ada waktu-waktu tertentu saat orang ramai menjual emas, yakni pada musim tahun ajaran baru sekolah atau menjelang Ramadhan.

"Kalau hari-hari biasa, sering juga 2-3 hari kosong sama sekali tidak ada pelanggan. Kalau dulu ramai. Bahkan, saat krisis moneter tahun 1997-1998, saya pernah membeli emas sampai 300 gram dalam satu hari karena banyak orang yang menjual simpanan emasnya," katanya

Sejak 1970

Somba Opu sebagai kawasan penjualan emas dibuka pada tahun 1970, pada era Wali Kota HM Dg Patompo. Melalui program masuk kampung dan mengisi kawasan-kawasan yang kosong, Patompo membuka sejumlah tempat sebagai kawasan perbelanjaan dan permukiman.

"Saat itu banyak penjual emas, tetapi menyebar di berbagai tempat. Lalu Patompo mengumpulkan mereka di Jalan Somba Opu. Sebenarnya sejak zaman kolonial, Makassar sudah terkenal dengan emas. Saat itu, Makassar punya dua komoditas unggulan dalam perdagangan, yakni emas dan beras," kata sejarawan Universitas Hasanuddin, Edward Poelinggomang.

Edward menjelaskan, sejarah emas di Makassar bermula saat Gorontalo yang menjadi penghasil emas berada di bawah koloni Mandar (Sulawesi Barat). Saat Mandar berada di bawah pengaruh Gowa, emas-emas ini kemudian dipasok ke Kerajaan Gowa. Dalam beberapa bagian isi Perjanjian Bongaya, emas juga disebut sebagai yang harus diserahkan.

"Emas di Makassar juga mendapat pengaruh dari Tiongkok karena saat Belanda membuka hubungan dengan Tiongkok, beberapa komoditas yang dibawa masuk adalah emas, porselen, dan sutra. Sejumlah pendatang Tiongkok kemudian membuka toko emas di sekitar Pelabuhan Makassar, yang sekarang menjadi Jalan Sulawesi," kata Edward.

Adapun Somba Opu dahulu adalah bagian dari kawasan Boulevard. Kawasan ini tak jauh dari Wilhelmina Park, tempat orang- orang atau pembesar Belanda menikmati matahari tenggelam. Seiring perkembangan, kawasan ini menjadi permukiman dan tempat usaha, seperti percetakan dan tukang jahit.

Sejak 1970, kawasan ini akhirnya menjadi pusat perdagangan emas dan sebagian oleh-oleh. Somba Opu kini punya dua peran, yakni pusat bisnis sekaligus wisata. Ke depan, Pemkot Makassar akan menjadikan Somba Opu sebagai pedestrian shopping centre untuk membuat orang jadi lebih nyaman berbelanja.

Meski hanya sepenggal jalan, Somba Opu terus berkilau sebagai kawasan bisnis yang jadi sumber penghidupan bukan hanya pemilik toko emas, melainkan juga ratusan pattimbang. Kilau ikon tua ini membuat Somba Opu jadi kawasan termahal di Makassar yang nilai lahannya dihitung berdasarkan kiloan emas. Somba Opu kini adalah kawasan seperti Ginza di Jepang. (M Final Daeng/Reny Sri Ayu)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 November 2016, di halaman 10 dengan judul "Somba Opu, Ikon Tua yang Berkilau".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com