Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Lokasi dalam Rencana Pembangunan Bendungan Bone Hulu

Kompas.com - 12/11/2016, 18:46 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis


GORONTALO, KOMPAS.com –
Terdapat empat alternatif lokasi bendungan Bone Hulu yang direncakanan Pemerintah Provinsi Gorontalo.

Keempat pilihan itu masih dalam satu alur sungai Bone yang berada di Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango. dan memiliki beberapa pertimbangan, termasuk risiko yang harus diambil.

“Kami pernah mendengar akan ada pembangunan bendunagn Bone Hulu, bahkan ada yang lokasinya berada di dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone,” kata Danny Rogi, Community Engagement Project EPASS di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Sabtu (12/11/2016).

Dua alternatif berada di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, sedangkan dua alternatif lainnya berada dalam kawasan perkampungan.

“Sejak tahun 1998 pada era Presiden BJ Habibie memang pemerintah sudah merencanakan pembangunan bendungan, namanya Dumbayabulan karena waktu itu belum ada pemekaran berada di desa Dumbayabulan,” kata Rusli Habibie, Gubernur Gorontalo nonaktif.

Empat alternatif luas bendungan disebutkan dalam peta hasil peninjauan lapangan rencana pembangunan bendungan Bone Hulu yang dikeluarkan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XV Gorontalo, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Pilihan pertama yang berada di Kawasan Naman Nasional Bogani Nani Wartabone seluas 162,69 hektar, pilihan kedua masih berada di Taman Nasional luasnya 386,15 hektar.

Adapun pilihan ketiga berada di desa Dumbayabulan dengan luas 854,22 hektar. Di lokasi ini selain Dumbayabulan yang akan digenangi, juga desa tetangga seperti Panggulo, Bondawuna, Tulabolo Barat, Tilangobula, Poduwona, Tulabolo, dan Pangi.

Pilihan keempat luasnya 247,49 hektar berada di Tilangobulo, Tulabolo Barat, Pouduwoma, Pangi dan Tulabolo.

Dalam alternatif ketiga dan keempat, desa-desa yang terdampak akan digenangi air. Penggenangan ini sempat berbuah penolakan oleh masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com