Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Kota Surabaya yang Menawan

Kompas.com - 08/11/2016, 13:30 WIB


Bagi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, keberadaan ruang terbuka hijau terus ditingkatkan hingga bisa mencapai sekitar 36 persen dari luas wilayah 350 kilometer persegi. Hingga kini sudah ada 89 taman dengan berbagai filosofi masing-masing.

"Kehadiran taman untuk mengikis segala perbedaan sehingga fasilitas yang disediakan harus memenuhi keperluan berbagai kalangan, mulai dari anak-anak sampai lanjut usia," ucap Risma.

Tanaman untuk mengisi seluruh taman itu, lanjutnya, tak hanya berasal dari kebun bibit sendiri, tetapi juga berburu hingga Bogor dan Malang.

Saat ini sedang diproses pembuatan hutan buah di Jurang Kuping Pakal di Surabaya barat. Kawasan hutan itu tidak akan ditanami berbagai jenis buah-buahan dari seluruh Nusantara.

Setiap taman, menurut Risma, dirancang untuk bisa memenuhi keinginan masyarakat, termasuk komunitas dan berbagai kelompok lain, misalnya Taman Lansia. Ada pula taman yang dilengkapi monumen, seperti Taman Ronggolawe, Taman Prestasi, Taman Apsari, Taman Pelangi, Taman Korea, Taman Sulawesi, dan Taman Jayengrono.

Melongok ke Taman Ronggolawe, misalnya, ada Monumen Ronggolawe berbentuk kuda jingkrak. Monumen kuda itu untuk menghormati pasukan divisi Ronggolawe dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

Di Taman Prestasi ada monumen pesawat bomber. Pengunjung bisa ke pesawat. Monumen ini sebagai penghargaan kepada pejuang dan pahlawan dirgantara. Di Taman Apsari berdiri gagah Monumen Suryo, gubernur pertama Jawa Timur dan salah satu tokoh dalam pertempuran 10 November.

Lalu, ke Taman Sulawesi atau Taman Persahabatan antara Surabaya (Indonesia) dan Ghanzu (Tiongkok). Adapun Taman Jayengrono khusus untuk memberikan penghargaan bagi arek suroboyo dalam pertempuran 10 November. Taman ini dilengkapi monumen dan petilasan lokasi wafatnya Jendera Mallaby.

Risma menyebutkan, kian banyak taman, udara kian bersih dan tingkat stres warga juga turun. Ini karena taman menjadikan suhu udara turun dan kualitas udara Surabaya terbaik di Indonesia. Salah satu indikator turunnya tingkat stres adalah warga tidak lagi pemarah. Dahulu setiap minggu, dengan suhu udara kota ini rata-rata 32 derajat celsius, pasti terjadi perkelahian remaja antarkelompok, sekarang nyaris tak pernah terjadi.

Langkah pemerintah kota membangun taman tematik sekaligus menyediakan sarana sesuai kebutuhan komunitasnya- seperti di Taman Lansia, Gubeng, ada terapi jalan bebatuan serta pengaman bagi pengunjung khusus lansia-sangat bagus.

"Surabaya benar-benar memenuhi kebutuhan warga modern dan semua taman bisa menghapus segala perbedaan," ujarnya sembari meminta agar areal parkir di sekitar taman ditata.

Kehadiran taman yang menjadi pusat pertemuan warga Surabaya, menurut Freddy Istanto, dosen Universitas Ciputra, ikut mendongkrak ekonomi warga, terutama sektor kuliner. Banyak warung, yang sebelum ada taman tidak dilirik, kini rata-rata naik daun. Bahkan, lokasi di sekitar taman jadi rebutan untuk dijadikan usaha sektor makanan, minuman, mainan, serta kebutuhan olahraga dan pendidikan.

Kenyamanan Kota Surabaya, kata pakar tata kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Johan Silas, terus meningkat karena taman dibangun menyebar di 31 kecamatan. Warga tinggal memilih taman yang hendak dikunjungi sesuai selera. Taman menjadi pesona yang memikat. (AGNES SWETTA PANDIA)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 November 2016, di halaman 10 dengan judul "Taman Kota Surabaya yang Menawan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com