Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Tahun Andi Wijaya Dirantai dan Diasingkan di Hutan Lindung Nunukan

Kompas.com - 13/10/2016, 06:20 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com – Sebuah rumah panggung di hutan lindung Pulau Nunukan, Kalimantan Utara, seakan tersamar oleh rimbunnya pohon perdu yang tak pernah dipotong oleh pemiliknya.

Di rumah berukuran 3 meter x 4 meter itulah, Andi Wijaya (32) tinggal seorang diri, jauh dari tetangga. Rumah itu hanya terdiri dari satu ruangan dan berpenerangan lentera.

Telur, kompor, wajan, serta minyak tanah terlihat disusun berjajar di bagian kiri ruangan itu. Di sebelah kanan, ada ranjang yang terbuat dari bekas jaring, tempat Andi Wijaya merebahkan diri.

Pagi itu, Andi sedang menggoreng telur balado untuk sarapan paginya. Pergerakannya terbatas karena kaki kirinya terikat rantai sepanjang hampir 2 meter pada salah satu tiang penyangga rumah.

Sudah tiga tahun lamanya Andi hidup terasing di tengah hutan itu. Ia dibelenggu dan diasingkan di sana oleh keluarganya selama 2 tahun terakhir karena dianggap mengidap kelainan jiwa.

Ketika sejumlah wartawan menemuinya, Rabu (12/10/2016), perilaku yang ditunjukkannya normal. Ia mempersilakan masuk dan beramah tamah dengan para tamunya.

Sesekali dia membetulkan letak rantai di kaki yang mengganggu pergerakannya.

"Aku tidak tahu mengapa diikat? Abangku yang ikat aku di sini?" kata Andi.

Meski dianggap mengalami gangguan kejiwaan, Andi ingat betul silsilah keluarganya. Dia menceritakan kedatangannya ke Nunukan bersama orangtua dan kakak-adiknya dari Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Andi anak ketiga dari enam bersaudara.

Saat ini keluarga Andi tinggal kurang lebih 3 kilometer dari tempat tinggal Andi.

Untuk kebutuhan makan, mantan kuli bangunan itu mendapatkannya dari kakaknya. Setiap tiga hari sekali atau seminggu sekali, sang kakak membawakan telur, beras, teh, minyak tanah, dan kebutuhan lainnya untuk Andi.

Setiap kali kakaknya berkunjung, Andi baru bisa mendapat kesempatan untuk mandi.

"Bisa aku mandi di luar, tapi sudah lama ini tidak mandi," kata dia.

Selama dirantai, Andi sempat melepaskan diri dari belenggu dengan memotong kayu tiang rumah.

Dua tiang di rumah kecil tersebut telihat menggantung karena bekas dikikis dengan menggunakan parang.

Beberapa warga sempat melihat Andi berjalan-jalan di kampung dengan menggendong rantai yang masih tergembok di kakinya.

Menurut warga, kehadiran Andi tidak membahayakan karena hanya terlihat berjalan-jalan di kampung. Tidak ada warga yang mengeluh atau memprotes kepada keluarga Andi.

"Dia menggendong rantainya, kadang-kadang dia bicara sendiri, tertawa sendiri. Tapi sudah lama tidak kelihatan," ujar Bahar, salah satu warga RT 14 Kelurahan Nunukan Barat.

Dari pembicaraan dengan Andi, Bahar mengatakan bahwa Andi pernah terpincut kepada wanita bernama Asih ketika ia merantau sebagai kuli bangunan di Jawa Barat.

Karena jatuh hati, Andi mengaku sempat melamar gadis anak lurah tersebut.

Namun, karena hanya bekerja sebagai kuli bangunan, Andi sempat gamang ketika akan melanjutkan niatnya mengawini Asih. Andi sudah tidak ingat jelas di mana gadis idamannya itu tinggal.

"Aku juga tidak mau tinggalkan dia itu, tapi bagaimana aku inilah, hanya bekerja sebagai kuli. Bagaimana masa depan dia anak lurah," katanya dengan mata menerawang.

Selama diasingkan, Andi mengaku ingin dilepas seperti di kampung halamannya dulu. Dia ingin dikasihi seperti saudara-saudara lainnya oleh orang tuanya. Dia mengaku ingin berkumpul dengan orang tua dan saudaranya.

"Injak Kalimantan cuma dirantai begini, saya mau dilepas kaya dulu," ujarnya harapnya.

Meski warga sering melihat Andi berjalan di kampung, Ketua RT Simon Sili malah belum tahu keberadaan Andi di rumah kecil di hutan lindung. Simon mengatakan telah mendata warganya setiap tahun, tetapi Andi luput dari pendataan.

Simon akan melaporkan hal tersebut kepada Dinas Sosial. "Bisanya setiap kali ada kejadian masyarakat lapor ke saya, kalau ini saya baru tahu," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com