Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Centhini Gunung", Perempuan dan Pesan Perdamaian untuk Dunia

Kompas.com - 07/10/2016, 14:47 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Kabut mulai menyelimuti kawasan lereng pegunungan Andong. Udara dingin mulai menusuk kulit. Tidak biasanya, warga justru berbondong-bondong keluar dari peraduannya untuk berkumpul di satu titik.

Keramaian penuh sukacita terjadi di arena kirab "Centhini Gunung" di Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Kamis (6/10/2016) petang.

Lagu "Heal The World" yang dipopulerkan Michael Jackson mengalun bak sebuah konser paduan suara dari sebuah panggung utama. Lagu berisi pesan perdamaian itu membuat suasana semakin syahdu.

Belasan perempuan hebat itu bernyanyi lalu bersiap unjuk kebolehan dalam meramu seni gerak tubuh, berpuisi dan bermusik. Merekalah para perempuan "Centhini Gunung".

Para perempuan seniman "Centhini Gunung" itu, berasal dari berbagai kota dan latar belakang, antara lain Fetri Ana Rachmawati dengan karya seni tari bernama "127 Centhini", Sekartaji Suminto (Centhini Bohemian), Annisa Hertami (Kembara Centhini), Ayu Permata Sari (Dentingan Centhini), Sekar Ayu Oktaviana Sari (Kini Centhini).

Lalu ada Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar (Centhini Kanda), Galih Puspita (Jalan Centhini), Nia Agustina (Centhini Sianida), Nungky Nur Cahyani (Ni Centhini), Widya Ayu Kusumawardani (Asmara Turida Centhini), Dwi Windarti (Centhini Mendut), dan Wirastuti Susilaningtyas (Centhini Salju Gunung).

Prosesi diawali dengan "Pluralisme Kirab Gunung Perempuan" oleh para perempuan Centhini. Sekitar 500 seniman dari berbagai komunitas dan daerah di Kabupaten Magelang maupun Yogyakarta juga terlibat dalam prosesi ini.

Mereka berjalan dari arah bawah dan atas di jalan Dusun kemudian bertemu di dekat panggung utama. Kegiatan begitu semarak karena sepanjang kirab suara musik tradisional dari tabuhan alat musik gamelan terus bersahutan.

Kesenian tradisional dari beberapa kelompok turut memeriahkan kirab ini, antara lain tari soreng, topeng ireng, jingkrak sundang, warok bocah, dan goh muko. Di antara mereka, sejumlah warga mengusung poster sederhana yang berisi tulisan tentang pesan perdamaian bagi dunia.

Direktur The Wahid Institue Yenny Wahid adalah perempuan yang diberi kehormatan untuk ikut dikirab dalam prosesi ini. Lalu, Yenny didaulat menyampaikan pidato kebudayaan di atas panggung utama yang berlatar belakang Gunung Andong itu.

Ia menjelaskan bahwa penampilan "Centhini Gunung" ini sekaligus untuk memperingati Hari Perdamaian Internasional yang jatuh pada tanggal 21 September. Putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid itu menuturkan bahwa ini adalah momentum untuk menyerukan perdamaian kepada dunia, menghentikan konflik dan desingan peluru.

Dan para Centhini, kata Yenny, adalah simbol kekuatan perempuan untuk mewujudkan perdamaian tersebut.

"Perempuan punya kekuatan untuk menata ketenteraman masyarakat. Ibu-ibu, mari mengajak masyarakat untuk mewujudkan perdamaian,” tuturnya.
 
Menurut dia, Centhini merupakan seorang abdi pada kerajaan, namun pengabdian dilakukan secara tulus. Melalui cara mengabdi tersebut, dia menuju ke arah Manunggaling Gusti. Dengan peran perempuan seperti Centhini ini, maka perdamaian bisa diwujudkan.

Setelah itu, Yenny mengajak para Centhini Gunung untuk menyanyikan secara bersama-sama lagu bernuansa Islami "Tombo Ati". Dalam kesempatan itu, Yenny pun mengajak semua hadirin dan warga untuk larut menyanyikan lagu tersebut.

Sejumlah seniman, budayawan, hingga pejabat hadir dalam kegiatan itu, antara lain Presiden Komunitas Lima Gunung Tanto Mendut, Sutradara Garin Nugroho, Direktur Yayasan Samana Yoke Darmawan, Politisi Maruarar Sirait, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, serta Duta Besar Australia untuk Indonesia Bret Amstrong.

Yoke Darmawan, Direktur Yayasan Samana menjelaskan kirab Gunung Centhini menjadi rangkaian kegiatan dari Borobudur Writer and Cultural Festival (BWCF) pada 5-8 Oktober 2016.

Festival ini sebetulnya tidak hanya memunculkan satu gender perempuan akan tetapi seluruhnya. Di Gunung, kata Yoke, tiba-tiba seperti magnet. Centhini Gunung tidak disangka menawarkan keahliannya, keunikannya, dari segi tari, intelktual, dan kehidupanya.

"Gunung adalah tempat aman orang mengekpresikan pengetahuannya. Gunung adalah keilmuan, tempat berproses, belajar dan unik dari berbagai sisi dan sangat seksi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com