Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulang ke Banyuwangi, Lulusan Al-Azhar Mesir Pilih Olah Susu Sapi

Kompas.com - 28/09/2016, 12:59 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

Selain melalui media sosial, pemasaran dari mulut ke mulut sangat efektif terutama di kalangan pemilik salon dan ibu rumah tangga.

"Masih produksi rumahan tapi saya optimis akan berkembang. Kalau hanya jual susu segar hanya dihargai 4.500 mentok Rp 10.000 rupiah per liter. Tapi kalau diolah seperti ini hasilnya akan berkali-kali lipat," ungkapnya.

Untuk produk kosmetik dan kesehatan, menurut Tonton, perlu uji laboratorium dan dia sedang mengurusnya bersama dengan Dinas Koperasi dan UMKM Banyuwangi.

"Semoga berjalan lancar," ujarnya.

Peternak sapi

Tidak ada yang menyangka di balik sosok yang sederhana dan murah senyum tersebut, Tonton memilih memantapkan diri untuk menjadi peternak sapi perah di Banyuwangi.

Kepada Kompas.com, dia mengaku memilih pulang ke Banyuwangi setelah menyelesaikan kuliahnya di Unversitas Al Azhar Mesir untuk mengembangkan peternakan sapi milik ayahnya.

"Dulu keluarga saya pernah memiliki sapi sampai 20 ekor dan sekarang tingga 6 ekor. Memang banyak anak anak muda yang segan untuk menjadi petani atau peternak tapi buat saya tidak. Saya punya cita-cita besar untuk mengembangkan peternakan di Banyuwangi," tuturnya.

Dulu keluarganya pernah kesulitan untuk menjual susu murni yang dihasilkan oleh sapi peliharaannya sehingga susu murni dibagi bagikan secara gratis kepada tetangga dan keluargan.

"Itu dulu sebelum ada MOU dengan pabrik besar untuk mengirim susu murni setiap dua hari sekali melalui koperasi. Pengetahuan untuk itu memang tidak ada," katanya.

Padahal, menurut Tonton, pasar lokal saja membutuhkan rata-rata 600 liter per hari sedangkan pabrik besar membutuhkan susu sekitar 3.000 liter per dua hari.

"Apalagi Banyuwangi dekat dengan Bali yang membutuhkan stok susu sapi segar yang sangat banyak. Berapapun jumlahnya jika dilempar kesana pasti laku. Ini menunjukkan jika peternakan sapi perah ini mempunyai pangsa pasar yang bagus," katanya.

Saat ini, dia melakukan pendekatan kekeluargaan dengan anak-anak peternak sapi yang dikenal untuk meneruskan peternakan milik keluarganya. Selain itu, dia juga akan mengembangkan produk olahan susu yang saat ini dikelola dan sharing pengalaman dengan anak-anak muda di Banyuwang.

"Kadang saya prihatin jika ada anak-anak dari peternak sapi yang memilih menjadi buruh serabutan di daerah lain padahal bisa mengembangkan peternakan milik keluarganya. Atau yang mereka bukan dari keluarga beternak bisa menjadi peternak. Jadi mengapa malu jadi peternak? selama itu halal dan bermanfaat untuk orang lain mengapa tidak dilakoni saja," ucapnya dengan dengan tersenyum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com