Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ironi RSUD Dokter Slamet Atmosoediro di DAS Cimanuk

Kompas.com - 25/09/2016, 15:03 WIB

Air hujan akan langsung turun ke sungai dengan membawa material lainnya berupa tanah dan lumpur. Cimanuk sudah membuktikannya pada banjir besar tahun 1920 dan pada 20 tahun sebelumnya. Padahal, saat itu vegetasi hutan di kawasan hulu Sungai Cimanuk masih baik.

Sekarang, kawasan hutan penangkap air Sungai Cimanuk yang terletak di perbukitan Gunung Mandalagiri, Kecamatan Cikajang, 20 kilometer selatan Garut, sudah berubah menjadi perkebunan sayur dan hortikultura. Lebih-lebih sejak reformasi perubahan fungsi lahan begitu masif sehingga menimbulkan lahan-lahan kritis.

Berdasarkan data di Pengelolaan Sumber Daya Air Jabar, luas lahan kritis di hulu Cimanuk mencapai 30.442 hektar dan menyumbang sedimentasi erosi pada Cimanuk dan anak-anak sungainya hampir 3 juta per hektar per tahun.

Sedimentasi erosi yang tinggi itu mendangkalkan dan semakin menyempitkan alur sungai. Tokoh masyarakat Cikajang, Asep Sofyan, merasakan, setiap musim hujan, banjir lumpur selalu terjadi di Cikajang. Lebih-lebih setelah ribuan hektar perkebunan teh berubah menjadi pertanian sayuran. Tahun 2011, misalnya, banjir bandang menghanyutkan sejumlah rumah di Desa Simpang, Cikajang.

Tanggal 9 Desember 2014, banjir lumpur merendam tidak kurang dari 720 rumah. Tujuh rumah hanyut dan 35 rumah lainnya rusak. Puluhan kolam ikan serta ternak sapi dan domba hanyut sehingga memiskinkan ratusan pemiliknya.

"Ribuan warga Desa Mekarjaya, Girijaya, Cikajang, dan Tanjungjaya, Banjarwangi, selalu waswas karena setiap musim hujan, banjir lumpur," ujar Suryaman, tokoh masyarakat Garut selatan. (SAMUEL OKTORA/DEDI MUHTADI)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 September 2016, di halaman 10 dengan judul "Ironi RSUD Dokter Slamet Atmosoediro di DAS Cimanuk".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com