Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ironi RSUD Dokter Slamet Atmosoediro di DAS Cimanuk

Kompas.com - 25/09/2016, 15:03 WIB

Pada 25 Oktober 1920 terjadi banjir bandang. Koran De Preanger-bode memberitakan berturut-turut pada 25-26 Oktober 1920. Hoejan deras jang melanda Garoet sehari semalam memboeat soengai Tjimanoek meloeap.

Areal pesawahan yang luas di cekungan Cimanuk terendam. Kolam-kolam ikan dan jembatan desa jebol. Ikan-ikan mati tertutup lumpur. Dilaporkan pula, banjir besar di kawasan itu pernah terjadi pada 20 tahun sebelumnya.

Namun, peringatan itu seperti tertelan zaman. terutama setelah keluarnya Besluit Nomor 10279 tanggal 19 Juli 1921 yang ditetapkan Gubernur Jenderal Dirk Fock dan Sekretaris Jenderal GR Erdfrink sebagai wakil Sri Ratu Wihelmina dari Kerajaan Belanda. Besluit itu berisikan perintah untuk meningkatkan pembangunan di daerah Priangan.

Lalu, dibangunlah jalan, saluran air, pasar rakyat, lampu jalan, taman, lapangan, dan jembatan di Garut. Demikian pula jembatan Cimanuk yang menghubungkan antara Maktal dengan jalan menuju Patrol. Di tempat ini dibangunlah Rumah Sakit Umum (Algemen Zieken Huis) yang terbilang megah pada zaman itu.

Rumah sakit ini berada di daerah rawa yang dikelilingi Sungai Cimanuk, Cipeujeuh, dan Cikamiri. Rumah sakit diresmikan Gubernur Jenderal Dirk Fock (1921-1926) dan disaksikan Bupati Garoet RAA Soeria Karta Legawa (1915-1929) pada Maret 1922. Tahun 1927, Dokter Slamet Atmosoediro ditugaskan di Zieken Huis Garoet untuk memberantas wabah pes. Tragisnya, wabah dari tikus itu menulari sang dokter sehingga ia meninggal pada tanggal 11 Mei 1930 (KTLV). Untuk mengenang jasanya, tahun 1980 Pemkab Garut mengeluarkan perda untuk memberi nama RSUD dr Slamet.

Lahan kritis

Munculnya kekhawatiran ancaman "bandjir Tjimanoek" saat itu sangat beralasan. Kontur tanah di kawasan hulu Sungai Cimanuk, Cipeujeuh, dan Cikamiri pada umumnya memiliki kemiringan lebih dari 40 persen.

Dengan kemiringan di atas 40 persen, menurut Balai Data dan Informasi Sumber Daya Air Pusat Sumber Daya Air Jawa Barat, tidak dapat menyerap air dengan baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com