Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Garut, Orang Tak Bersalah Pun Kena Dampaknya

Kompas.com - 23/09/2016, 08:00 WIB
Kompas TV Inilah Detik-detik Banjir Bandang di Garut

Di lantai II RSUD dr Slamet, ketakutan itu masih dirasakan Ny Kokom. Direndam air setinggi 1 meter, penerangan rumah sakit dimatikan. Dingin dan gelap. Teriakan minta tolong ia dengar lagi, tetapi bukan dari luar rumah sakit. Suara itu berasal dari pasien lain yang mengungsi ke lantai II.

”Saya juga ikut minta tolong, tetapi tidak didengar. Ternyata perawatnya sibuk mengamankan peralatan medis, termasuk buku-buku administrasi,” katanya.

 Teman sekamar Ny Kokom di ruang ”pengungsian”, Ny Komariah (54), juga mengalami kepanikan serupa. Baru menjalani pengangkatan rahim dan kista, mendadak ia merasakan bekas jahitannya berdenyut pelan, tetapi sangat menyakitkan.

Beberapa kali ia meminta pertolongan, tetapi tak ada petugas yang datang. Suaranya tenggelam di antara gelap dan ramai yang datang dari lorong lantai dua, yang juga dipenuhi pasien yang takut dan kesakitan.

Kurang beruntung

Salah seorang pasien yang tak beruntung dan terpaksa menghuni lorong itu adalah Rismayanti (37), pasien penderita jantung yang dipindah dari ruang ICU karena terendam banjir. Dalam suasana panas di sudut lorong ruangan, Rismayanti tergolek lemah dengan sebagian tubuhnya ditutup selimut. Tangan kirinya diinfus, dan selang oksigen dipasang ke dalam lubang hidungnya.

”Habis mau bagaimana lagi, semua ruangan penuh. Mau enggak mau di selasar sini. Bagi saya yang penting badan ini sudah terasa membaik,” ujar Rismayanti lirih.

Pelayanan pasien pun terabaikan. Di antara lantai yang kotor karena lumpur, perawat dan tim medis terbagi konsentrasi. Sebagian merawat pasien, sebagian lagi sibuk membersihkan ruangan. Ada yang mengangkat peralatan medis ke tempat tidur untuk dipindah ke ruangan lain hingga membersihkan lantai.

Nano (50), pasien lainnya di ruang Cempaka Atas, yang dipindah dari ruang Zamrud di lantai bawah yang kebanjiran, mengeluh karena sampai pukul 13.30 belum diberi makan siang.

”Akibat bencana banjir ini pemberian makan kepada pasien terlambat. Bagaimana mau cepat sembuh kalau seperti ini,” kata Nano.

Nano, Ny Kokom, dan Ny Komariah tidak merusak lingkungan, tetapi kerakusan menggarap lahan di bagian hulu sungai menyebabkan orang-orang tak bersalah pun kena dampaknya. (Samuel Oktora/Cornelius Helmy Herlambang)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 September 2016, di halaman 1 dengan judul "Orang Tak Bersalah Pun Kena Dampaknya".

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com