Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengorbanan Dewi Suryana menjadi Lulusan Tercepat di Singapura (4-Habis)

Kompas.com - 22/09/2016, 07:02 WIB
Ericssen

Penulis

Itu sebabnya Dewi bisa lulus dalam waktu tiga tahun dari jurusan Teknik Material, sementara rata-rata mahasiswa lain merampungkannya dalam empat tahun.

"Sebenarnya sejumlah materi yang diajarkan di sini terutama di semester-semester awal sudah saya pelajari di SMA atau di pelatihan olimpiade," tutur peraih medali perak pada International Junior Science Olympiad (IJSO) di Azerbaijan (2009) dan International Chemistry Olympiad (IChO) di Amerika Serikat (2012) itu.

"Saya sudah memahaminya, tetapi saya memilih tetap datang untuk melihat perspektif lain, mendalami, dan juga mengulang kembali materi," ujarnya.

Anak kedua dari empat bersaudara itu mengakui bukan sosok yang sangat mudah bergaul. Namun, dia bersyukur karena memiliki sejumlah teman dekat, baik kawan Indonesia maupun Singapura, yang dapat memahami latar belakang dan kesibukannya.

Tidak ada cerita Dewi kongko dengan kawan-kawannya di restoran atau menonton bioskop atau bersenang-senang di kelab malam.

"Bagi kita, berkumpul makan siang bersama di kantin atau bahkan belajar bersama sudah merupakan sebuah kesenangan bersama," katanya dengan wajah ceria.

Di antara kesibukannya itu, Dewi masih menyempatkan diri ikut dalam sejumlah kegiatan ekstrakurikuler NTU, seperti klub teknik material, klub investasi, dan perkumpulan rohani.

Harus diakuinya bahwa aktivitasnya yang bejibun itu seringkali membuatnya lelah dan kurang jam tidur.

"Ada hari di mana saya hanya ingin tidur seharian," ucapnya sambil tertawa.

Saat ini Dewi telah bekerja di Lam Research Corporation sebagai field process engineer. Perusahaan ini telah menerimanya sebelum dia lulus kuliah. Dewi juga masih tetap mengajar privat di malam hari seusai jam kerja kantor.

Kini dia berencana mengurangi jumlah muridnya supaya mendapatkan lebih banyak waktu untuk beristirahat, jalan-jalan di kebun, berkomunikasi dengan keluarganya di Pontianak, dan sejumlah aktivitas ringan lainnya.

Gadis berumur 21 ini mengakhiri wawancara dengan rasa syukur atas apa yang sudah didapatkannya walau harus menghadapi jalan terjal dan luar biasa berliku.

"Saya bersyukur yang paling utama keadaaan keluarga sudah lebih baik dan kami juga sudah dapat membeli rumah melalui KPR," kata Dewi yang semasa kecil hidup bersama keluarga dan menumpang di rumah saudara ayahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com