Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Medan yang Dihidupi Kreativitas Warganya

Kompas.com - 23/08/2016, 20:26 WIB


Durian dengan berbagai olahannya, manisan jambu, makanan khas Mandailing hingga Karo tumbuh menjadi tujuan kuliner para pelancong di Medan. Zainal Abidin yang lebih dikenal sebagai Ucok Durian pun harus memperbesar kedai duriannya dan memindahkan dari Jalan Iskandar Muda ke Jalan Wahid Hasyim dua tahun terakhir. Kedainya telah mendorong memunculkan kedai-kedai durian lainnya.

Pertunjukan-pertunjukan seni dihidupi seniman-seniman yang berkumpul di Taman Budaya Medan seperti yang dilakukan anak-anak muda dalam Jong Batak Art Festival, nyaris tanpa dukungan pemerintah.

Frans Silalahi, Chief Concierge Hotel Santika Medan, mengatakan, hanya perlu lima jam tamunya mengunjungi kawasan wisata Kota Medan. "Kalau banyak destinasi dan atraksi, tentu mereka bisa lebih lama tinggal di Medan," kata Frans. Destinasi-destinasi itu juga perlu dipoles supaya lebih menarik.

Industri perkebunan

Medan terkenal sebagai metropolitan dunia setelah Jacobus Nienhuys, pedagang dari Belanda, menanam tembakau di wilayah Kasultanan Deli pada tahun 1863. Belanda, Inggris, Amerika Serikat, Perancis-Belgia, Swiss, Jepang, dan Jerman tercatat sudah memiliki investasi besar di Sumatera timur pada era 1913-1932.

Keuntungan besar bisnis tembakau mampu membangun Kota Medan. Bangunan megah dan fasilitas publik berdiri: perkantoran, hotel, bank, kantor pos, sekolah, rumah sakit, jalan, pasar, stasiun kereta api, pelabuhan, hingga bandara.

KOMPAS/AUFRIDA WISMI WARASTRI Para ibu berpose bak bangsawan Melayu di Istana Maimoon, Medan. Bergaya dengan kostum Melayu menjadi daya tarik tersendiri berwisata di istana.
Tahun 1930 telah ada 11.000 orang Eropa yang tinggal di pantai timur Sumatera yang secara langsung ataupun tidak langsung terlibat dalam industri perkebunan. Ribuan warga Tiongkok, India, dan Jawa berbondong-bondong datang ke Medan untuk menjadi tenaga kerja penyokong industri ini. Berbagai bangsa bermukim di Kota Medan seperti ditulis Jan Breman dalam buku Menjinakkan Sang Kuli.

Tata kota yang bagus membuat Medan dijuluki Parijs van Sumatera. Namun, pada abad ke-21 kota tumbuh tidak ramah. Bangunan-bangunan tua hancur, tidak tersedia ruang bagi pejalan kaki dan sepeda, lalu lintas semrawut, jalanan rusak, informasi kota tidak tersedia, tak tersedia pula angkutan publik yang nyaman, bahkan akhir-akhir ini pembegalan marak terjadi.

Frans mengatakan, pihaknya memberikan pelayanan pengantaran gratis kepada tamu, terutama tamu asing, untuk berkeliling Medan demi keamanan tamu. "Supaya menghindari hal-hal negatif," kata Frans.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata Kota Medan Hasan Basri mengatakan, Pemerintah Kota Medan masih menyinkronkan kinerjanya dengan kinerja pemerintah pusat yang memprioritaskan pembangunan pariwisata.

Kota Medan belum memiliki rencana induk pembangunan pariwisata. Dalam waktu dekat pemerintah kota akan segera membentuk Forum Tata Kelola Pariwisata Kota Medan beranggotakan lintas sektor dan masyarakat karena pembangunan pariwisata perlu terintegrasi. Pada 2017, anggaran pariwisata akan dinaikkan dari Rp 30 miliar menjadi Rp 45 miliar.

Wakil Wali Kota Medan Ahyar Nasution mengatakan, ada tiga pilar wisata di Kota Medan yang dikembangkan, yakni wisata heritage, kuliner, dan budaya. Pihaknya menerima masukan warga untuk proses pembangunan itu.

Warga telah bergiat memajukan pariwisata, kini pemerintah kota ditunggu untuk serius mengelolanya. (Aufrida Wismi Warastri)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Agustus 2016, di halaman 22 dengan judul "Wisata yang Dihidupi Kreativitas Warganya".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com