Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produksi Garam Pesisir Jateng Anjlok

Kompas.com - 23/08/2016, 19:51 WIB

SEMARANG, KOMPAS — Produksi garam di sejumlah kawasan pesisir utara Jawa Tengah anjlok hingga 50 persen karena pengaruh iklim kemarau basah sejak awal tahun. Sebagian besar petani enggan memproduksi garam dan membiarkan lahan tambak menganggur.

Ketua Asosiasi Petani Garam Seluruh Indonesia (Apgasi) Kabupaten Demak Hamdan, Senin (22/8), mengatakan, dari potensi tambak garam seluas 1.834,67 hektar, hanya sekitar 850 hektar yang dimanfaatkan optimal. Sisanya ditelantarkan petani garam.

"Padahal, musim kemarau biasanya menjadi waktu ideal bagi petani garam meraup keuntungan karena produksi melimpah. Namun, pada musim kemarau tahun ini, banyak petani enggan membuat garam. Mereka tidak mau ambil risiko karena hujan masih sering turun," katanya.

Saat kondisi cuaca normal, petani biasanya mulai berproduksi pada bulan Juli. Puncak panen garam berlangsung November-Desember dan selanjutnya disimpan di dalam gudang atau dijual langsung. Jika disimpan di gudang, akan dijual pada Januari hingga Februari. Berdasarkan data Apgasi Demak, produksi garam petani di wilayah itu berkisar 90 ton hingga 110 ton per hektar per tahun.

Zamroni (45), petani garam di Desa Kedungmutih, Kecamatan Wedung, Demak, memilih berhenti memproduksi garam karena tak mau menanggung risiko tiba-tiba hujan turun. Dia memilih mencari pekerjaan lain dengan menjadi buruh tani. Tidak sedikit pula petani garam bekerja serabutan menjadi nelayan.

Periode penanaman garam hingga panen garam, kata Zamroni, butuh waktu sekitar 10 hari. Setiap periode, produksi bisa mencapai 2 ton per hektar. "Sejak awal Juli, petani baru sekali panen. Padahal, kalau kondisi normal sudah 3-4 kali," ujarnya.

Kondisi serupa terjadi di daerah tetangga Demak, yaitu Kabupaten Jepara. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jepara Achid Setyawan mengatakan, target produksi garam 120 ton per hektar terancam gagal.

"Kami pesimistis target produksi garam terpenuhi karena hambatan cuaca. Sampai dengan akhir tahun diperkirakan cuaca tidak mendukung karena kemarau basah. Kami perkirakan produksi akan turun sampai separuhnya atau 50 persen," ujarnya.

Rata-rata total produksi garam di Jepara sekitar 40.000 ton per tahun. Akibat pengaruh kemarau basah, tahun ini kemungkinan bakal turun menjadi 20.000 ton.

Turunnya stok garam mendorong kenaikan harga. Ketua Asosiasi Produsen Garam Kabupaten Pati Sutopo menambahkan, di tingkat petani harga 1 kilogram garam kualitas kedua sekitar Rp 400, sementara kualitas pertama bisa Rp 500. Tahun lalu, harga garam paling mahal sekitar Rp 450 per kg.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng Lalu M Syafriadi mengakui, produksi garam di Jateng tahun ini diperkirakan turun hingga 50 persen. Penyebabnya, hujan masih turun di sentra-sentra garam seperti Demak, Rembang, Pati, dan Jepara.

Produksi garam Jateng 2015 mencapai 841.543 ton dari luas lahan sekitar 6.608 hektar. Rata-rata produktivitas tambak garam di Jateng tahun lalu 127,3 ton per hektar, dengan jumlah petani garam sekitar 16.000 orang. Pada kondisi normal, produksi garam rakyat memasok sekitar 30 persen kebutuhan nasional. (GRE)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Agustus 2016, di halaman 20 dengan judul "Produksi Garam Pesisir Jateng Anjlok".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com