Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggia Anggraini, Pejuang Kemerdekaan Pendidikan bagi Anak Pemulung

Kompas.com - 16/08/2016, 05:31 WIB
Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

 

“Orangtua berpesan, sekali saya sudah turun, saya tidak boleh lagi menarik diri saya. Karena kalau saya sempat menarik diri saya, berarti saya menghancurkan mimpi-mimpi mereka,” ujar Anggi.

Khatulistiwa berbagi

Awal mula berdirinya komunitas Khatulistiwa Berbagi ini berawal dari dukungan rekan-rekan Anggi yang ingin turut serta menjadi relawan mengajar anak-anak pemulung.

Proses pembelajaran pun menggunakan metode seperti sahabat. Jika pagi hari anak-anak ini mengikuti pendidikan formal di sekolah masing-masing, maka di rumah belajar, anak-anak ini belajar dengan santai namun tetap serius mengikuti bimbingan Anggi dan relawan lainnya.

Saat ini, operasional rumah belajar masih menggunakan dana dari kantung pribadi yang disisihkan dari uang jajan Anggi. Ada juga uang kas yang dikumpulkan secara patungan dari rekan-rekan relawan, itu pun jumlahnya tidak seberapa.

“Ada juga dari donatur yang sifatnya tidak tetap, dari teman-teman, kerabat, dan masyarakat yang peduli untuk mendukung keberlangsungan rumah belajar ini,” jelasnya.

Rumah Belajar Khatulistiwa Berbagi saat ini menampung 114 anak. Kebanyakan mereka adalah anak usia sekolah dasar.

Selain Anggi, ada juga tenaga pendidik yang menjadi relawan dari rekan-rekannya berjumlah 14 orang. Namun, saat ini sebagian dari relawan ini tidak aktif karena ada yang melanjutkan studi ke luar daerah, dan ada yang sudah diterima bekerja, sehingga saat ini Anggia lebih sering seorang diri mengajar anak-anak itu.

Kegiatan belajar dilakukan secara bergantian, dimulai pukul 14.30 hingga 16.30 Wita setiap pertemuan. Hari Selasa digunakan untuk PAUD dan sekolah dasar, Rabu untuk tingkat SMP, dan Kamis untuk SMA.

Setiap hari Jumat juga dilakukan kegiatan pengajian secara rutin untuk pendalaman iman anak-anak. Khusus yang beragama non-muslim, Anggi juga menyerahkan anak didiknya itu kepada pastor, pendeta, maupun pendalaman agama lainnya.

“Meski saya berhijab, bukan berarti saya mendiskriminasikan mereka yang non-muslim. Mereka juga saya titipkan kepada pastor maupun pendeta sesuai dengan agama mereka masing-masing,” terangnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com