Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terminal Gudang Pelabuhan Tanjung Emas Menjelma Jadi Ruangan Mewah

Kompas.com - 22/07/2016, 09:02 WIB

Tim Redaksi

Sindiran menteri

Jika menyaksikan kondisi terminal penumpang yang sudah bagus itu, tidak banyak yang menyangka, terminal berukuran 4.530 meter persegi ini setahun silam sangat tidak layak sebagai terminal. Pada 2014, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan ketika mengunjungi terminal ini melontarkan kalimat, "Terminal, kok, seperti kos-kosan, tidak terawat dan kurang layak".

Menurut Mat Rasdi, kepala terminal penumpang, terminal ini bekas gudang barang. Bangunan ini didirikan sejak 1920-an. Setahun lalu, terminal masih belum bagus. Air rob kadang masih menggenangi dermaga dan tak jarang membasahi lantai terminal penumpang.

"Begitu direhabilitasi, lantai bangunan dinaikkan dan dermaga ditinggikan. Ada saluran terbuka yang letaknya lebih rendah 40 sentimeter dari permukaan di depan terminal sebagai pengamanan mengatasi rob," ujar Mat Rasdi.

Rehabilitasi terminal penumpang ini bagian dari upaya PT Pelindo III merenovasi 13 terminal penumpang di sejumlah provinsi di Indonesia. Khusus di Pelabuhan Tanjung Emas, rehabilitasi melalui sistem tender itu digarap, di antaranya, oleh pakar arsitek Unika Soegijapranata, Semarang, Kenzo Winand.

Rehabilitasi tak hanya mengubah wajah ruangan terminal. Kelengkapan layaknya terminal berstandar internasional pun disematkan di bekas gudang ini. Di ruang tunggu juga tersedia aneka sarana mainan untuk anak-anak. Adapun toilet yang disediakan nyaris sama dengan toilet di hotel bidang lima. Di tiap lantai terdapat pula toilet untuk kaum difabel. Kemudian tersedia kafe, ruang merokok, serta ruang khusus untuk ibu-ibu menyusui. Di lantai dasar tersedia kios bisnis yang sudah terisi penyewa yang berjualan aneka macam barang.

PT Pelindo juga menyiapkan ruang VVIP yang didesain seperti layaknya kafe-kafe terkenal di Jakarta. Kursinya empuk, terdapat minibar, juga meja panjang dan stop kontak untuk pengunjung yang memerlukan isi ulang ponsel. Dinding setiap ruangan juga disentuh, diberi ragam hiasan gambar destinasi wisata, seperti Candi Borobudur, Gereja Blenduk, dan Kota Lama.

Ada pula foto-foto mengenai masa dahulu sudut-sudut Kota Semarang di era kolonial Belanda. Di pintu keluar sektor kedatangan terpampang peta besar yang merinci obyek wisata di Kota Semarang ataupun wisata unggulan di 35 kabupaten dan kota. Peta itu dilengkapi foto-foto destinasi wisata.

Iman Santoso, Asisten Manajer Kapal dan Pemanduan PT Pelindo III, mengatakan, pihaknya juga melakukan edukasi kepada penumpang yang tiba dan menggunakan terminal ini. Penumpang yang ke toilet, misalnya, diminta melepas alas kaki. Mereka juga diajari membuang sampah di tempat sampah yang didesain tiga fungsi, yaitu untuk memisahkan sampah organik dan non-organik.

Ruang VVIP banyak dimanfaatkan turis mancanegara yang tiba menggunakan kapal pesiar, seperti Princess Cruise atau MS Rotterdam. Dengan ini, para turis asing yang makin sering singgah di Kota Semarang dan Jateng diharapkan bisa makin terkenang. Pada 2014 terdapat 25 kapal pesiar yang singgah. Pada 2015 ada 18 kapal dan tahun ini direncanakan 18 kapal.

"Beberapa turis asing senang memanfaatkan layanan Wi-Fi gratis yang tersedia di terminal. Mereka bilang jaringan Wi-Fi sangat cepat, berbeda dengan layanan Wi-Fi di kapal yang lambat tetapi mahal tarifnya," kata Iman. Di terminal baru ini, pengunjung memang mudah mengakses layanan Wi-Fi tanpa perlu kata kunci lagi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Juli 2016, di halaman 24 dengan judul "Terminal Gudang Menjelma Jadi Ruangan Mewah".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com