Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumitnya Prosedur Meneliti Sampel Mamalia Laut Dilindungi Ini

Kompas.com - 15/06/2016, 11:44 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

Lebih dari satu setengah bulan berjalan BPSPL, BKSDA, dan PPO baru berkutat di komunikasi lisan dan surat menyurat. Di antaranya, surat dari LIPI kepada BKSDA Kaltim pada 4 Mei 2016, tentang rekomendasi permohonan menerbitkan SATS-DN. Pada tanggal yang sama, LIPI menerbitkan Surat Keterangan Membawa Sampel untuk Ishak.

Dua minggu kemudian, BPSPL Pontianak juga menyurati PPO yang intinya meminta LIPI menerbitkan rekomendasi untuk memperoleh SATS-DN. Sepuluh hari kemudian, Satker justru menyurati Dirjen KSDAE dengan permohonan sama.

Namun hingga kini, SATS-DN belum juga terbit dan sampel masih tertahan di BPSPL Pontianak Satker Balikpapan. Warga juga terus menanti misteri penyebab kematian beruntun mamalia laut di Teluk Balikpapan ini.

Sampel Busuk

Kerumitan serupa dirasa peneliti dari Yayasan Rare Aquatic Spesies for Indonesia (RASI), Danielle Kreb. Penantian Danielle lebih lama dari Ishak.

Danielle menemukan lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik berkelamin jantan, mati di sekitar pemukiman Graha Indah, Balikpapan, pada 26 Maret 2016. Sampel telah diambil namun juga tertahan menunggu terbitnya SATS-DN untuk dibawa ke PPO.

Danielle mengatakan, proses serupa pernah dialaminya empat tahun silam. Hasilnya berakhir dengan rasa kecewa. Selama menanti banyaknya surat menyurat itu, sampel pesut dari Sungai Mahakam menjadi busuk dalam pendingin.

"Sampel pesut di 2012. Pesut itu terjerat jaring," kata Danielle.

Saat itu, ia menunggu lebih dari delapan bulan. Sudah menunggu, penantian pun justru tak berujung dengan kabar gembira. Sampelnya ditolak untuk diteliti hingga soal alasan surat permohonnya sudah hilang.

"Sangat administratif," kata Danielle.

Danielle membandingkan dengan prosedur meneliti di negara lain. Sampel pesut pernah juga diteliti di Belanda dan Amerika.

"Saya dapat surat izin mengirim ke Belanda. Hasilnya, bisa diketahui kandungan yang sering ditemui di perairan pesisir," kata Danielle.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com