BOYOLALI, KOMPAS.com - Tradisi nyadran di bulan Jawa Ruwah selalu ditunggu warga di lereng Merapi-Merbabu. Tidak hanya sekadar nyadran atau berziarah ke makam leluhur, ritual ini dimanfaatkan sebagai ajang berkumpul dengan sanak saudara, kerabat dan tetangga.
Uniknya, usai berziarah, setuap keluarga menyediakan makanan bagi tamu yang berkunjung. Semakin banyak tamu yang datang dan menyantap makanan, warga percaya itu pertanda rezeki mereka akan lancar.
Mulai pagi buta, ratusan warga Dusun Tunggulsari, Desa Sukabumi, Cepogo, Boyolali, mulai sibuk mempersiapkan diri untu berziarah ke makam Tunggulsari. Tidak lupa, setiap keluarga membawa tenong, tempat untuk menyimpan makanan, yang akan dibawa serta ke makam.
Sebelum mentari merekah, satu per satu warga keluar dari rumah dan beriringan berjalan bersama menuju ke makam sambil membawa tenong. Suasana khusuk terasa saat perjalanan menuju makam yang berada di puncak bukit, tak jauh dari desa.
Sesampainya di makam, ratusan tenong milik warga sudah berjejer rapi di depan tetua desa, ulama dan ratusan warga. Tahlil dan zikir mulai dideraskan.
Warga, baik orang dewasa maupun anak-anak, turut serta dalam doa kepada sang Kuasa tersebut. Tradisi turun-temurun tersebut rutin digelar setiap tahun. Bagi warga lereng Merapi-Merbabu di Cepogo, bulan itu bulan besar.