Tetapi payung untuk cendera mata dari perusahaan-perusaahan berbeda penangannya. Payung itu dibuat dengan lebih kokoh dan kuat. Pengerjaannya pun lebih lama. “Duit itu nggak bisa bohong. Ibaratnya, yang mahal kualitasnya bagus.” katanya berfilosofi tentang kualitas pembuatan payung.
Maksudnya, payung yang dijual dengan harga mahal maka kualitasnya lebih bagus. Sementara payung-payung yang sekarang banyak beredar dengan bandrol harga hanya sekitar Rp. 20.000 -40.000 itu tidak tahan lama.
Payung-payung inilah yang disulap oleh Samsul menjadi benda yang lebih kokoh dibandingkan kondisi semula. Untuk itu benang yang semula mengikat kerangka besi dengan lapisan kain, diganti dengan kawat besi. Pentol yang lepas diganti dengan onderdil baru.
Pentol adalah plastik atau besi kecil yang digunakan pada bagian ujung kawat. Bila ada gagang payung yang patah, dia ganti dengan gagang payung yang dibawa.
Samsul berusaha menjaga kualitas pekerjaannya. Dia beranggapan bahwa hasil karyanya harus rapi dan kuat sehingga tidak mengecewakan konsumen. Sebab dia yakin kalau konsumen kecewa maka tidak lagi mau menggunakan jasanya lagi. Dengan cara inilah Samsul merawat kepuasan para pelanggan.
Berkat cara kerja itu, Samsul memiliki empat pelanggan setia yang terdiri dari pemilik restauran dan pengelola parkir. Setiap tahun para pelanggan itu minta bantuan Samsul untuk memperbaiki payung sebanyak 50-80 payung. Malah ada pemilik restoran yang selalu memberi tunjangan hari raya (THR) setiap Lebaran.
“Prinsipnya kita jangan mengecewakan orang.” ujar pria yang harus menginap di rumah pelanggannya untuk memperbaiki payung sebanyak itu. Sementara pelanggan partai kecil sudah tak terhitung jumlahnya.
Buah ketekunan
Bagi Samsul rejeki adalah urusan Tuhan. Manusia tinggal berusaha dengan bekerja tekun dan rajin. Kalau hal itu sudah dilakukan maka uang akan datang dengan sendirinya. Pernah pada saat musim kemarau tidak ada proyek bangunan yang dia dapat kerjakan. Sementara dia butuh uang untuk makan.
Dalam situasi itu dia memutuskan untuk tetap berkeliling menawarkan jasa servis payung. Ternyata setelah meninggalkan pemondokan, rejeki datang juga.
“Waktu itu bulan puasa. Saya nekat panas-panas keliling. Ternyata ada aja pekerjaan. Memang Tuhan maha adil. Saya pulang dapat uang. Pokoknya kita istigfar,” ungkap bapak tiga anak ini.
Musim hujan adalah waktunya Samsul memetik rejeki yang cukup banyak. Sehari dia bisa mengerjakan 10-20 payung. Biasanya dia menetapkan jasa perbaikan per payung antara Rp 10.000 sampai Rp. 25.000, tergantung tingkat kerusakan dari payung itu.
“Ada juga sih yang nawar sampai Rp. 5.000 tapi banyak juga yang nggak nawar malah kasih lebih. Yah, buat saya semua itu adalah rejeki dari Allah,” tambah Samsul yang juga melayani panggilan lewat handphone ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.