MAGELANG, KOMPAS.com - "Wow, indah sekali, seperti bulan sabit di siang hari," kata Najib, fotografer asal Magelang yang baru saja berhasil mengabadikan proses gerhana matahari dari atas bukit Setumbu Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (9/3/2016).
Selain itu, dia juga harus tracking sekitar 10 menit menaiki ratusan anak tangga menuju puncak Setumbu. Najib dan wisatawan lainnya semakin beruntung karena cuaca pagi itu sangat bersahabat.
"Kita di Pulau Jawa hanya dapat menyaksikan gerhana matahari sebagian, jadi hanya hasilnya membentuk mirip bulan sabit, tapi ini pun sudah menakjubkan," ungkap dia.
Najib menjelaskan dari rumah ia sudah menyiapkan "amunisi" fotografinya untuk memotret gerhana matahari dari atas bukit setinggi 400 meter dari permukaan laut itu. Ia menggunakan kamera DSLR dengan tambahan tiga keping filter lensa ND masing ukuran 8, 8 dan 3.
"Biasanya saya pakai buat memotret sunrise dan sunset," ujar dia.
Najib tidak segan untuk meminjamkan filter lensa miliknya itu kepada fotografer lainnya yang tidak membawa lensa filter. Dia juga mempersilakan wisatawan lainnya yang ingin mengabadikan gerhana matahari yang terekam di kameranya.
Saat gerhana mencapai sekitar 75-80 persen pada pukul 07.44 WIB suasana seketika menjadi temaram. Suara ayam berkokok bersahutan terdengar dari beberapa arah di sekitar Punthuk Setumbu.
Najib teringat gerhana matahari total yang terjadi 33 tahun lalu. Kala itu Najib masih berusia 13 tahun, suasana menjadi gelap beberapa saat ketika fenomena langka itu berlangsung.
Punthuk Setumbu terletak di Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Bukit yang masih sangat asri itu kerap menjadi spot favorit penikmat matahari terbit dengan latar belakang Candi Borobudur.
Pagi itu, wisatawan baik lokal maupun mancanegara, seolah mendapatkan bonus pemandangan fenomena gerhana matahari. Mereka pun tidak menyia-yiakan mengabadikan momentum tersebut.
Ada yang memakai kamera lengkap maupun ada pula yang pakai gadget untuk memotret. Beranjak siang, wisatawan masih bertahan di atas Puthuk Setumbu, mereka masih ingin menyaksikan gerhana matahari hingga tuntas.
"Sayang kalau terlewatkan, harus (menyaksikan) sampai selesai," ucap Amani, wisatawan asal Indramayu, Jawa Barat itu.