Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PAUD Inklusi Cerdas, Guru Rela Mengajar Tanpa Dibayar

Kompas.com - 29/02/2016, 10:38 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Beberapa anak nampak berlarian di halaman Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sebagian dari mereka sibuk menaiki gundukan tanah yang ada di depan kelas mereka.

Secara kasat mata, mereka seperti anak-anak kebanyakan yang banyak bergerak dan bermain main. Namun jarang ada yang menyadari bahwa sebagian murid dari PAUD yang terletak di jalan Kolonel Sugiono 17 Kecamatan Banyuwangi tersebut adalah anak-anak kebutuhan khusus.

"Saya sengaja letakkan tumpukan pasir itu di halaman agar anak-anak bisa bermain dan melatih mereka bekerja sama dengan temannya saat naik ke atas pasir," jelas Patmawati, Kepala Sekolah sekaligus pendiri PAUD Inklusi Cerdas Banyuwangi Senin (29/2/2016) sambil tersenyum.

Apalagi, dari 158 siswa, ada 30 anak muridnya yang kebutuhan khusus dengan berbagai macam jenis mulai autis hingga keterlambatan bicara.

Ibu satu anak tersebut bercerita bahwa PAUD yang ia dirikan sejak tahun 2008 tersebut dibangun dengan modal pribadi dan awalnya hanya itu memfasilitasi anak-anak kecil di rumahnya untuk bermain-main.

"Ada 9 murid yang pertama kali saya terima. Ternyata ada yang tuna rungu ada juga yang susah terlambat belajar. Kalau orang bilang enggak normal. Untuk mainanannya saya pakai mainan anak saya dan pakai barang bekas seperti boneka peraga. Saya ingat waktu itu kertas origaminya juga kertas bekas fotocopy yang saya minta depan rumah," jelasnya dengan mata berkaca-kaca.

Kabar jika sekolahnya menerima anak anak kebutuhan khusus berkembang dari mulut ke mulut sehingga jumlah murid kebutuhan khusus semain banyak. Apalagi ia menggratiskan biaya sekolah untuk muridnya.

Untuk kebutuhan sehari-hari dia meletakkan kotak amal di depan kelas dan membebaskan wali murid untuk mengisinya berapapun jumlahnya. Konsep kotak amal tersebut dilakukan agar wali murid tidak tertekan dengan kewajiban membayar iuran.

"Mau bayar atau tidak. Mau kasih berapapun tidak pernah kami bebankan. Bebas. Alhamdulillah semua cukup untuk biaya operasional apalagi para guru tidak ada yang dibayar. Mereka semua adalah relawan," ujar perempuan yang akrab disapa Bu Pat ini.

Saat ini ada 29 guru yang mendampingi 158 murid dengan 30 anak kebutuhan khusus. Mereka kebanyakan adalah mahasiswa dan wali murid yang peduli pada pendidikan anak anaknya serta dua terapi yang datang berkala untuk memberikan dampingan kepada muridnya.

Awalnya wali murid tersebut hanya mengantar anaknya namun kemdudian tertarik untuk mengajar.

Ia mengaku terkadang tidak percaya, pihaknya ditemukan oleh banyak orang-orang baik sehingga PAUD-nya semakin berkembang dan menerima banyak anak terutama anak kebutuhan khusus.

"Bisa bayangkan jika saya harus membayar 29 guru dari mana saya saya dapat uang. Terus bagaimana dengan pendidikan anak-anak. Saya bersyukur sekali bertemu mereka," jelasnya sambil mengusap air mata.

Untuk meningkatkan kemampuan guru-gurunya ia sering melakukan diskusi dan mengikutkan gurunya untuk pelatihan pendidikan anak kebutuhan khusus dengan biaya pribadi. Ia juga mengaku tidak menerima bantuan apapun dari pihak pemerintah.

Namun, sekolahnya banyak mendapat kunjungan dari sekolah lain yang akan menerapkan sistem pendidikan inkulsi sebagai rujukan apalagi sejak Kabupaten Banyuwangi dinyatakan sebagai Kabupaten Inklusi dan Kabupaten Welas Asih pada 2014 lalu. Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak.

Kepada Kompas.com, Bu Pat menceritakan bahwa ia sering ditegur oleh wali murid yang tidak bisa menerima keberadaan anak kebutuhan khusus di sekolahannya.

"Katanya nakal suka dorong-dorong anaknya. Tapi saya kasih pemahaman sama mereka," ucapnya.

Ia pun pernah mempersilakan salah satu wali murid untuk memindahkan anaknya ke sekolah lain. "Saya bilang aja kalau anak normal bisa gampang cari sekolah beda dengan mereka," katanya sambil mengusap kepala salah satu muridnya yang ada di kursi roda.

Sebelum belajar bersama dengan teman-temannya lainnya, anak kebutuhan khusus akan masuk dalam kelas transisi hingga dinyatakan siap masuk kelas.

Dia mengatakan, setiap anak lahir dengan keunikannya dan apapun keadaannya mereka berhak mendapatkan pendidikan yang layak.

"Intinya adalah mengajarlah dengah hati. Ikhlas dan diniatkan karena ibadah," ujarnya.

Sementara itu Indah, salah satu wali murid kepada Kompas.com mengaku sengaja menyekolahkan anaknya di PAUD Cerdas agar anaknya bisa menerima perbedaan dan mengajarkan toleransi.

"Di sini sistemnya inklusi jadi anak normal dan kebutuhan khusus belajar jadi satu. Anak saya jadi paham kalau ada temannya beda dengan dia. Jadi dia lebih peduli," kata ibu dari Arsana tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com