Selama proses penulisan memang tidak selalu mulus. Ada sekitar 10 persen yang salah, namun bukan karena tulisan, tetapi disebabkan salah data nama yang diberikan kepadanya.
"Misalnya, KRT Drs harusnya kan Drs KRT," ujar dia.
Kaligrafi, bagi Iskandar bukanlah hal asing. Sebab selama kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ia sudah mengeluti bidang menulis indah. Bahkan, dia masuk dalam komunitas seniman kaligrafi.
Menurut dia, selama kuliah ia sering kali mengikuti lomba kaligrafi bahasa Arab dan Jawa. Ia pun kerap mencatatkan namanya sebagai juara di beberapa lomba kaligrafi.
"Dulu sering ikut lomba, sering menang. Tapi setelah jadi guru sudah tidak lagi," tegas dia.
Tak hanya ikut lomba, pria kelahiran Gunungkidul 1 Juni 1965 ini juga sering membuat pameran-pameran karya kaligrafi.
Saat ini memang era modern, anak-anak muda sudah jarang menulis di kertas dengan pena. Padahal, kata Iskandar, menulis dengan tangan merupakan dasar yang harus terus dilestarikan.
"Menulis indah itu harus dipunyai dan jangan dilupakan," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.