Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"AIDS Itu Tidak Menular dari Bekas Makanan dan Tempat Tidur"

Kompas.com - 02/12/2015, 07:58 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Pada tahun 2000, Yayasan Galatea Medan menjadi lembaga pertama yang mendampingi pecandu dan ODHA di Medan. Salah satu konsentrasi pencegahannya adalah para pengguna narkoba suntik (penasun).

Badurani Lubis, salah satu pendiri Yayasan Galatea, mengatakan, mereka memilih konsentrasi ini karena ingin mencegah penyebaran HIV/AIDS lewat jarum suntik.

Berdasarkan survei pada tahun 2000, lanjutnya, di Indonesia pengguna narkoba semakin marak.

"Ternyata komunitas pengguna narkoba dengan jarum suntik cukup banyak di Medan dan 99 persen memang berganti jarum suntik, yang menjadi media penularan HIV saat itu. Ini yang menjadi alasan fokus di penasun. Belum ada LSM yang bergerak, pemerintah juga belum melihat sebagai masalah yang serius sementara kami melihat ini potensi masalah besar jika tidak di tangani," katanya saat ditemui di kantornya, Selasa (1/12/2015) petang.

Data dari Kemenkes dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) menyatakan pada 2006, pengguna narkoba dengan jarum suntik di Kota Medan sebanyak 3.890 orang. Hampir separuh dari estimasi atau 1.986 pengguna dijangkau Galatea.

Berganti tahun, jumlahnya terus berkurang. Pada tahun 2008 menjadi 980 orang, alasannya hilang kontak, meninggal karena HIV, pindah tempat, masuk panti rehabilitasi atau berurusan dengan hukum seperti masuk lapas atau rutan. Terus berkurang hingga 2015 menjadi 210.

"Sekarang ini 210 yang riil. Coba bandingkan bagaimana berkurangnya populasi pengguna narkoba suntik di Kota Medan. Harusnya tetap ada komunikasi, tapi ini yang susah. Kita yang harus proaktif menemukan teman-teman. Awalnya karena masalah hukum, saat itu pemakai, pengguna dan yang tidak melaporkan akan dikenakan sanksi. Ini yang buat teman-teman penasun tidak mau muncul. Sekarang sudah lebih bagus dan teman-teman sudah lebih berani," kata Badurani yang saat ini menjabat Ketua Pengurus Yayasan Galatea.

Di bidang advokasi kebijakan, dia mengklaim, lembaganya turut memberi masukan pada Perda AIDS Kota Medan sehingga terakomodir komponen penanggulangan AIDS untuk pengguna narkoba dengan jarum suntik, melarang terjadinya stigma dan diskriminasi kepada ODHA dan larangan rumah sakit untuk menolak ODHA.

Saat ini juga, mereka mendukung penyusunan tiga Peraturan Wali Kota (Perwali) berkaitan dengan HIV/AIDS yaitu tentang KPA, Perwali pengobatan dukungan dan perawatan ODHA dan Perwali program pencegahan.

"Sudah dieksaminasi bagian hukum, tinggal disahkan. Tunggu wali kota yang baru kali, ya... Kita juga bekerjasama dengan RS Pirngadi Medan dan Dinkes Kota Medan untuk pemusnahan limbah jarum bekas yang dipakai pengguna narkoba dengan jarum suntik. Berlaku untuk semua LSM. Kalau dulu satu meter kubik Rp 1,5 juta biayanya, sekarang gratis," ucapnya.

"Semua yang bergerak di bidang penanggulangan HIV-AIDS ada di buku itu semua, mulai dari pihak, pelayanan, alamat dan biaya-nya," tambahnya.

Tak mudah lepas

Menurut alumni psikologi Universitas Medan Area ini, jarum suntik adalah jalur masuk terbesar penularan HIV karena langsung bersentuhan dengan darah. Biasanya pengguna malas membeli atau menggunakan jarum suntik baru, makanya menggunakan jarum bekas pakai orang lain.

Di jarum suntik, HIV masih bisa hidup selama empat minggu karena lembab.

"Pertimbangannya banyak, daripada beli jarum baru Rp 5.000, bagus uangnya buat patungan beli narkoba. Atau takut membawa jarum baru atau beli di apotik karena takut ditangkap. Ada alasan hukum dan ekonomi sebenarnya. Sekarang memang sudah ada perubahan, pemahaman kepolisian juga sudah cukup bagus. Juga ada program KPA untuk membagian jarum suntik gratis," kata pria yang kerap disapa Bang Badu itu.

Saat ini, orang-orang yang mereka dampingi juga turut melakukan kampanye.

"Bayangkan sejak 2000 sampai 2015 didampingi, malah ada yang sudah menjadi pembicara. Cuma perilakunya saja, ini berkaitan dengan adiksi dan penyakit psikologis, bagaimanapun tidak mudah lepas dari kecanduan. Apalagi selain pengguna narkoba dengan jarum suntik juga positif HIV/AIDS," ungkapnya.

Dia mengatakan, 96 persen pengguna narkoba dengan jarum suntik adalah laki-laki. Semua berawal dari coba-coba lalu terjebak dan menjadi kecanduan.

"Tidak ada yang bercita-cita menjadi pecandu, semua awalnya coba-coba, penasaran, diajak teman. Kebanyakan di mulai di usia remaja. Dampingan kami yang termuda saat ini berumur 23 tahun," ujarnya.

Jangan dijauhi

Badurani berharap, teman-teman ODHA konsisten mengikuti terapi obat Antiretroviral (ARV) karena angka lost follow-up dari orang yang ARV tinggi. Kalau lost follow-up kekebalan tubuhnya akan menurun dan fatal, dia menyarankan segera datang berobat ke layanan-layanan ARV yang ada di Kota Medan.

Dia juga berharap, keluarga yang anggota keluarganya terkena HIV tidak melakukan diskriminasi.

"Cobalah keluarga lebih bisa menerima dan memahami bahwa HIV adalah penyakit yang biasa saja sebenarnya. Dia tidak menular dari bekas makanan, tempat tidur, tempat minum," tegasnya.

Dari sisi layanan sudah cukup bagus di Medan, bahkan Puskesmas sudah menyediakan layanan untuk ODHA, tinggal di tingkatkan saja.

"Bagaimana ketersediaan ARV jangan sampai putus. ARV saat ini masih dari pusat, tantangan kita Kota Medan mulai berfikir bagaimana sewaktu-waktu ARV dari nasional sudah tidak ada. Kalau kota sendiri di jaman di sentralisasi ini tidak mempersiapkan, kalau besok lusa tidak ada, bayangkan teman-teman yang sudah terapi ARV tidak ada ARV-nya?" tuturnya.

Soal regulasi dan aturan turunan terkait penanggulangan HIV-AIDS, lanjutnya, tinggal implementasi saja.

Dia mencontohkan salah satu pasal di Perda AIDS yang mewajibkan Dinas Pendidikan Kota Medan untuk memberikan pendidikan HIV-AIDS kepada semua siswa dan remaja.

Faktanya, sampai sekarang nihil. Dinas pendidikan seperti tidak punya kepedulian terhadap persoalan HIV-AIDS dan narkoba.

"Padahal ini perda, berarti dia melanggar perda. Sekda juga sudah menyurati sampai dua kali. Dinas pendidikan harus menjalani ini, keras saya bilang ini," ujar Ketua Forum LSM Peduli AIDS Kota Medan dan pengurus KPA serta Forum Kota Sehat Kota Medan ini menutup pembicaraan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com