Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara Machrozal menyebutkan, penderita kaki gajah terbanyak ditemukan di Kecamatan Nisam sebanyak 11 kasus dan Kecamatan Muara Batu sebanyak empat kasus. Sisanya tersebar di Kecamatan Langkahan dan kecamatan lainnya dalam kabupaten itu.
“Petugas kita aktif mendata penderita kaki gajah itu.Tidak tertutup kemungkinan, kasusnya akan terus bertambah. Apalagi kabupaten kita sudah ditetapkan sebagai kawasan endemis kaki gajah sejak 2007 lalu,” ujar Machrozal dalam acara pemberian obat pencegahan penyakit kaki gajah di Desa Tanjong Ceungai, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, Minggu (4/10/2015)
Umumnya, sambung Machrozal, penderita kaki gajah ini berusia di atas 45 tahun.
Penyakit kaki gajah sering tidak memperlihatkan gejala klinis yang mudah dikenali seperti penyakit lain. Bahkan, masa inkubasi atau masa penampakan gejala penyakit kaki gajah setelah tertular melalui gigitan nyamuk terbilang lama, yaitu 7-10 tahun.
Dijelaskan dia, penyakit kaki gajah tidak seperti penyakit DBD yang hanya menular lewat gigitan satu jenis nyamuk saja, yakni aedes aegypti. Penyakit kaki gajah justru bisa ditularkan oleh semua jenis nyamuk dan kecacatan yang ditimbulkan bersifat permanen atau tidak dapat disembuhkan.
“Itu sebabnya, upaya pencegahan massal dengan pemberian obat, perlu didukung semua pihak. Obat kita minum setahun sekali minimal selama 5 tahun, supaya cacing filaria dewasa mandul dan mati,” ujar Machrozal.
Bagi masyarakat yang positif menderita kaki gajah, dipersilakan mengambil obat secara gratis di seluruh Puskesmas dalam kabupaten itu. Kementerian Kesehatan RI sebelumnya telah mencanangkan Indonesia bebas penyakit kaki gajah pada 2020 mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.