Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Berharap Ini Musibah Terakhir

Kompas.com - 26/09/2015, 15:20 WIB

Pelukan terakhir

Susanti (32), putri pertama Busyaiyah Syahril Abdul Gafar (50), juga tak menyangka ibunya menjadi salah satu korban musibah di Mina. Pelukan sang ibu saat berpamitan sebelum berangkat untuk menunaikan ibadah haji pada Minggu, 6 September, ternyata pelukan hangat terakhir kali. Busyaiyah, warga Jalan Muhammad Hambal, Kota Pontianak, adalah anggota staf Biro Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Sejak pagi, rekan kerjanya memenuhi rumah Busyaiyah untuk memanjatkan doa dan menguatkan sanak keluarga yang ditinggalkan.

Kabar kepergian Busyaiyah diketahui pada Kamis siang. Saat itu, Susanti dan suaminya, Haris Wahyudin (39), terkejut mendengar informasi dari media massa bahwa salah satu korban adalah anggota jemaah haji asal Kalbar.

”Berdasarkan informasi dari media, salah satu nama korban adalah ibu kami. Kami kembali mencoba menghubungi ayah saya, Abdul Wahab Idris (60), melalui handphone, tetapi tidak aktif. Ibu berangkat haji bersama ayah,” kata Susanti.

Kamis malam, giliran Haris mencoba menghubungi nomor telepon pusat krisis yang tertera di media masa, tetapi tidak diangkat. Beberapa menit kemudian, pihak Arab Saudi menghubungi kembali, membenarkan adanya kabar itu. ”Kamis pagi, ibu dan ayah di Arab Saudi sempat menghubungi kami melalui telepon. Kami sedang shalat Idul Adha, tidak bisa mengangkat telepon dari mereka. Setelah shalat selesai, kami telepon balik. Namun, mereka tidak bisa dihubungi,” tutur Susanti.

Susanti dan Haris sangat terpukul. Apalagi setelah mereka mengingat pesan terakhir Busyaiyah sebelum berangkat ke Arab Saudi yang meminta agar anak-anaknya menjaga keutuhan keluarga. ”Itu pesan terakhir yang saya ingat sebelum beliau ke Tanah Suci,” ucap Susanti.

Pihak keluarga pun belum mengetahui nasib Abdul Wahab Idris. Hingga Jumat malam, belum ada kabar dari Kementerian Agama Kota Pontianak dan otoritas lain, termasuk di Arab Saudi.

Kesedihan juga dirasakan kerabat Ardani, kakek 75 tahun asal Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang meninggal dalam tragedi Mina. Jumat siang, suasana duka menyelimuti rumah Ardani di Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping. Beberapa kerabat korban terlihat hilir mudik di sekitar rumah untuk menemui tamu yang bergantian datang.

”Kami menerima kepastian beliau meninggal, Kamis sekitar pukul 24.00,” kata Hapsoro (49), keponakan Ardani, di rumah duka. Ia menyebutkan, Ardani menunaikan ibadah haji bersama anak keduanya, Muhammad Taufik Arifianto (37). Saat insiden saling desak di Mina terjadi, Ardani dan Taufik sedang berjalan menuju tempat melempar jumrah. Saat itu, Ardani menggunakan kursi roda karena jarak antara pemondokan dan tempat melempar jumrah cukup jauh.

”Sebenarnya kondisi almarhum sehat. Namun, karena jarak ke tempat melempar jumrah itu jauh, beliau disarankan pakai kursi roda dan didorong Taufik,” kata Hapsoro. Namun, sebelum Ardani dan putranya sampai tujuan, tiba-tiba beberapa anggota jemaah haji saling desak dan dorong. ”Paman saya ikut terdorong dan beliau jatuh dari kursi roda. Setelah itu, ia terinjak-injak jemaah lain,” ujar Hapsoro, yang mendengar informasi ihwal Ardani dari Taufik.

Kerabat Ardani, Muhammad Wahidan Alwi (73), mengatakan, Ardani pensiunan prajurit TNI Angkatan Udara dengan pangkat terakhir letnan kolonel. Almarhum berangkat haji dalam Kelompok Terbang 29 SOC pada 30 Agustus lalu. ”Ini merupakan ibadah haji beliau yang kedua,” katanya. (DIA/ESA/HRS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com