Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Berharap Ini Musibah Terakhir

Kompas.com - 26/09/2015, 15:20 WIB
KOMPAS.com - ”Selamat menunaikan ibadah haji di Mekkah. Semoga menjadi haji mabrur”.

Demikian tulisan di spanduk yang masih tertempel di rumah Hamid Atwi (50) di Desa Muneng Kidul, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Hamid adalah salah satu korban meninggal dalam musibah di Mina, Arab Saudi, Kamis (24/9).

Hamid dan istrinya, Yum Hayumah (37), bersama kelompok terbangnya berangkat pada 9 September. Kabar duka diterima keluarga Hamid, Kamis sekitar pukul 21.00, setelah Yum menelepon kakaknya, Bukhori. ”Adek tadek, Kang (Adik meninggal, Kak),” ucap Yum singkat, disusul derai tangis.

Belum sempat Bukhori bertanya lebih lanjut, telepon Yum berganti tangan dan orang lain yang berbicara.

”Temannya itu mengatakan agar kami bersabar karena belum ada kejelasan informasi. Saya tak bisa bicara dengan adik saya lagi karena dia katanya shock dan hanya menangis,” kata Bukhori.

Kabarnya Yum kini dirawat di RS Al Hijr, Mina. Hamid dan Yum memiliki dua anak dan dua cucu.

Menurut Bukhori, Hamid merupakan sosok baik dan sabar. Adiknya itu menabung sejak tahun 2010 sebelum berangkat menunaikan ibadah haji tahun ini.

”Haji ini dari hasil panen cabai serta menjual tiga lembu. Ini untuk membiayai Hamid dan istrinya berangkat,” ujarnya.

Bukhori pasrah dengan meninggalnya Hamid.

”Kami pasrah kepada kuasa Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga ini tidak terulang lagi,” ujarnya.

Kasiyo (29), menantu Hamid, menambahkan, ”Kami harap ini tragedi terakhir dalam ibadah haji. Semoga haji berikutnya berjalan baik dan lancar agar tidak ada korban jiwa seperti ayah saya. Jangan ada lagi kesedihan keluarga jemaah.”

Duka juga menyelimuti keluarga Abdul Karim (75), warga Jalan Kebonsari Wetan, Kota Probolinggo. Abdul Karim menjadi korban meninggal dalam musibah di Mina.

”Kami ingin jenazah ayah dimakamkan sebaik-baiknya dan selayaknya. Jangan ada lagi kesedihan seperti yang kami alami sekarang. Jangan ada musibah seperti ini lagi,” kata Sugianto, anak sulung Abdul Karim.

Sugianto menceritakan, ayahnya yang merupakan seorang penjahit menabung sejak 2009 agar dapat menunaikan ibadah haji. ”Kami pasrah. Semoga beliau diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala,” katanya.

Anggota jemaah haji asal Probolinggo lainnya juga dipastikan menjadi korban meninggal dalam tragedi Mina, yakni Nero (57), warga Kotaanyar, Paiton.

Pelukan terakhir

Susanti (32), putri pertama Busyaiyah Syahril Abdul Gafar (50), juga tak menyangka ibunya menjadi salah satu korban musibah di Mina. Pelukan sang ibu saat berpamitan sebelum berangkat untuk menunaikan ibadah haji pada Minggu, 6 September, ternyata pelukan hangat terakhir kali. Busyaiyah, warga Jalan Muhammad Hambal, Kota Pontianak, adalah anggota staf Biro Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Sejak pagi, rekan kerjanya memenuhi rumah Busyaiyah untuk memanjatkan doa dan menguatkan sanak keluarga yang ditinggalkan.

Kabar kepergian Busyaiyah diketahui pada Kamis siang. Saat itu, Susanti dan suaminya, Haris Wahyudin (39), terkejut mendengar informasi dari media massa bahwa salah satu korban adalah anggota jemaah haji asal Kalbar.

”Berdasarkan informasi dari media, salah satu nama korban adalah ibu kami. Kami kembali mencoba menghubungi ayah saya, Abdul Wahab Idris (60), melalui handphone, tetapi tidak aktif. Ibu berangkat haji bersama ayah,” kata Susanti.

Kamis malam, giliran Haris mencoba menghubungi nomor telepon pusat krisis yang tertera di media masa, tetapi tidak diangkat. Beberapa menit kemudian, pihak Arab Saudi menghubungi kembali, membenarkan adanya kabar itu. ”Kamis pagi, ibu dan ayah di Arab Saudi sempat menghubungi kami melalui telepon. Kami sedang shalat Idul Adha, tidak bisa mengangkat telepon dari mereka. Setelah shalat selesai, kami telepon balik. Namun, mereka tidak bisa dihubungi,” tutur Susanti.

Susanti dan Haris sangat terpukul. Apalagi setelah mereka mengingat pesan terakhir Busyaiyah sebelum berangkat ke Arab Saudi yang meminta agar anak-anaknya menjaga keutuhan keluarga. ”Itu pesan terakhir yang saya ingat sebelum beliau ke Tanah Suci,” ucap Susanti.

Pihak keluarga pun belum mengetahui nasib Abdul Wahab Idris. Hingga Jumat malam, belum ada kabar dari Kementerian Agama Kota Pontianak dan otoritas lain, termasuk di Arab Saudi.

Kesedihan juga dirasakan kerabat Ardani, kakek 75 tahun asal Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang meninggal dalam tragedi Mina. Jumat siang, suasana duka menyelimuti rumah Ardani di Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping. Beberapa kerabat korban terlihat hilir mudik di sekitar rumah untuk menemui tamu yang bergantian datang.

”Kami menerima kepastian beliau meninggal, Kamis sekitar pukul 24.00,” kata Hapsoro (49), keponakan Ardani, di rumah duka. Ia menyebutkan, Ardani menunaikan ibadah haji bersama anak keduanya, Muhammad Taufik Arifianto (37). Saat insiden saling desak di Mina terjadi, Ardani dan Taufik sedang berjalan menuju tempat melempar jumrah. Saat itu, Ardani menggunakan kursi roda karena jarak antara pemondokan dan tempat melempar jumrah cukup jauh.

”Sebenarnya kondisi almarhum sehat. Namun, karena jarak ke tempat melempar jumrah itu jauh, beliau disarankan pakai kursi roda dan didorong Taufik,” kata Hapsoro. Namun, sebelum Ardani dan putranya sampai tujuan, tiba-tiba beberapa anggota jemaah haji saling desak dan dorong. ”Paman saya ikut terdorong dan beliau jatuh dari kursi roda. Setelah itu, ia terinjak-injak jemaah lain,” ujar Hapsoro, yang mendengar informasi ihwal Ardani dari Taufik.

Kerabat Ardani, Muhammad Wahidan Alwi (73), mengatakan, Ardani pensiunan prajurit TNI Angkatan Udara dengan pangkat terakhir letnan kolonel. Almarhum berangkat haji dalam Kelompok Terbang 29 SOC pada 30 Agustus lalu. ”Ini merupakan ibadah haji beliau yang kedua,” katanya. (DIA/ESA/HRS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com